Faktor yang Mempengaruhi Sulitnya Normalisasi Pendidikan Bahasa Inggris di Pedesaan

Faktor yang Mempengaruhi Sulitnya Normalisasi Pendidikan Bahasa Inggris di Pedesaan

Nurfazriyah. Foto : DOK FOR ENIMEKSPRES.CO.ID--

BACA JUGA:Peran Guru PAI Bekali Siswa Terhadap Sekolah Pada Nilai Ujian Praktek Agama

Untuk mempelajari bahasa Inggris secara lebih dalam masyarakat perlu datang ke sebuah lembaga non formal bimbingan belajar bahasa Inggris, hal tersebut tentu saja memerlukan uang yang cukup besar bagi mereka.

Sehingga hal tersebut menjadi alasan yang semakin kuat untuk masyarakat pedesaan acuh terhadap pendidikan bahasa Inggris. 

Desa yang saya observasi diketahui sebagai desa yang banyak penduduknya berprofesi sebagai pekerja imigran atau TKW, hal ini disebabkan profesi sebagai TKW dirasa cukup efektif untuk mendongkrak ekonomi mereka yang rendah.

Banyak anak-anak yang ditinggal oleh ibunya karena sang ibu harus pergi bekerja menjadi TKW, banyak suami yang akhirnya bekerja seperti ibu rumah tangga untuk keluarganya.

BACA JUGA:Menggabungkan Pembelajaran Bahasa Inggris ke dalam Kurikulum Berbasis Permainan

Hal tersebut dirasa sangat miris mengingat keluarga adalah Pondasi utama Pendidikan anak.

Khususnya ibu akan sangat menentukan besarnya pengaruh proses pendidikan anak dilingkungan keluarga, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar anak disekolah. 

Kemudian faktor yang ketiga yaitu kualitas pendidik terutama ketersediaan guru bahasa inggris.

Keberadaan guru dalam suatu bangsa amatlah penting, guru memiliki satu kesatuan peran yang tak terpisahkan.

BACA JUGA:Komunikasi dalam Bingkai Disrupsi di Era Digital

Hasil PISA tahun 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-72 dari 79 negara yang berpartisipasi, dengan skor rata-rata 371, yang jauh di bawah rata-rata OECD 487.

Ditemukan bahwa kualitas pendidik di daerah desa yang saya observasi masih sangat minim, dimana ditemukan metode belajarnya masih bersifat monoton.

Tidak adanya daya tarik terhadap metode belajar berdampak pada minat belajar siswa yang menurun.

Bahkan beberapa guru menganggap bahwa pembelajaran bahasa Inggris sendiri merupakan pembelajaran yang kurang perlu untuk diterapkan pada anak usia dini, karena akan lebih baik jika diterapkan pada sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: