Nikmat Copi, dari Usaha Rumahan Kini Masuk Supermarket

Pemilik usaha Nikmat Copi, Fitri Adi sedang santai di ruang kantor usaha kopi bubuk miliknya. Dengan ketekunan, usaha kopi yang dibangun dari rumahan ini, kini sudah masuk supermarket dibeberapa Mall di Palembang dan pemasaran sudah kebeberapa provinsi di--
Untuk biji kopi, kata Fitri Adi, ia selalu memilih biji kopi robusta dan arabica yang terbaik dari perbukitan tiga desa yang memiliki ketinggian 1200-1500 mdpl yakni Desa Segamit, Desa Aremantai dan Desa Muara Tenang, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), Kabupaten Muara Enim.
BACA JUGA:Mau Healing ke Tawangmangu, Sempatkan Mampir ke Astana Giribangun. Ada Apa Ya?
Adapun biji kopi yang ia olah, ada 6 varian yakni varian robusta pelangi (mix kopi petik merah dan hijau), varian petik merah premium, varian arabica, varian Lebrica (Biji kopi dimakan burung kemudian tumbuh jadi kopi alami, bukan dirawat), varian kopi lanang (biji kopi bulat) dan varian kopi Luwak atau biji kopi sisa permentasi yang dimakan oleh Musang.”Yang paling laris, kopi petik merah. Dalam sebulan bisa laku 800 kg,” kata dia.
Bagaimana “Nikmat Copi” bisa bersaing di pasar global? Fitri Adi membeberkan bahwa ia selalu menjaga kualitas kopi yang ia jual.
Setiap habis produksi yang dibuat karyawannya, ia selalu mencoba hasil dari penggilangan kopi yang dilakukan. Ini ia lakukan untuk mengecek cita rasa kopi jangan sampai berubah.
Serta mengedepan higienis dan penampilan kemasan yang menarik, menggunakan bungkus yang terbuat dari aluminium poil, yang tahap kedap satu tahun.
BACA JUGA:Kejati Sumsel Tetapkan Tersangka Terhadap Mantan Bos PT Bukit Asam, Ini Kasusnya
Kemasan “Nikmat Copi” yang bungkus alumunium poil, khusus untuk pengiriman ke Supermarket, Mall, ataupun untuk Oleh-oleh. Untuk kemasyarakat biasa juga ada untuk dijual-jual ke toko-toko yang ada di desa-desa.
Fitri Adi mengaku bisnis “Nikmat Copi” yang ia jalannya selain dari usaha secara otodidak bersama isterinya dan bergabung di Asosiasi Kopi Indonesia (Aski).
Tentunya juga ada binaan dari Pemkab Muara Enim melalui Dinas Koperasi dan UKM hingga mereka bisa seperti sekarang ini. Mereka sudah sering diajak mengikuti berbagai macam pelatihan tentang kopi, managemen usaha, managemen pengolahan dan pelatihan lain, baik yang diselenggarakan oleh Pemkab Muara Enim maupun yang ditingkat Provinsi Sumsel.
Serta diikut sertakan dalam berbagai ajang pameran di Provinsi Sumsel maupun nasional.
BACA JUGA:Yuk Dibaca! Begini Lho Tips Merawat Daihatsu Sigra Secara Rutin, Mulai 5.000 Sampai 20.000 Km
Sementara ini, bisnis “Nikmat Copi” yang ia jalani baru memiliki empat mesin giling dan satu mesin masak kafasitas 12 kg.
“Rencananya akhir 2023 kita dapat bantuan dari Pemkab Muara Enim satu unit mesin roasting untuk masak kopi dengan kafasitas 25 kg. Mudah-mudahan Pemkab Muara Enim terus peduli dan banyak memberikan bantuan peralatan lain dan pelatihan tentang kopi. Untuk kelancaraan usaha kopi di Kabupaten Muara Enim,” harap Fitri Adi.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Muara Enim, Husin Aswadi SE melalui Kepala Bidang Pemberdayaan UMK, Astuti Martayanti SP MM menerangkan di Kabupaten Muara Enim ada sekitar 40 usaha kopi bubuk yang dijalani masyarakat yang menjadi binaan Pemkab Muara Enim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: