Kisah Legenda Candi Bumi Ayu
Tampak sisa-sisa bangunan Candi Bumi Ayu peninggalan Sejarah di Sumatera Selatan. Foto : DOK--
BACA JUGA:Ternyata Ferry Irawan Dua Kali Melakukan KDRT
Tak satupun gadis dusun itu yang menandingi kecantikannya.
Putri Ayu pun tambah besar kepala.
Bak rembulan, sudah indah jauh pula. Begitulah putri ayu, sudah cantik, pandai, kaya pula.
Pendidikan yang diberikan orang tuanya tidak bisa diberikan oleh orang tua para bujang gadis dusun itu.
BACA JUGA:Guru PPPK Tak Ada Batasan Pensiun
Kecakapannya menulis, menenun, menari, menyanyi memasak dan berbagai kecakapan yang tak dimiliki gadis seusianya telah membuat kesombongannya bertambah.
Suatu hari para bujang gadis tengah bermusyawarah.
Mereka hendak berbagi tugas dan menyusun acara untuk menyambut dan merayakan panen tahun ini.
Para bujang gadis akan menyumbangkan sebuah tarian berpasangan dan ketika Putri Ayu tahu, bahwa ia harus berpasangan dengan seseorang bujang anak petani serta merta ia marah.
“Cuihh, tak sudi aku berpasangan dengan dia! Tak pantas rasanya anak seorang adipati menari bersama seorang bujang miskin sepertimu!,” ucap Putri Ayu meludah didepan wajah bujang itu, ia mengarahkan telunjuknya kearah bujang itu.
Merah padam wajah sang bujang.
Sungguh dirinya amat sangat terhina diperlakukan seperti itu, apalagi dihina didepan banyak orang dan teman-temannya pula.
Harga dirinya terinjak injak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: