Masjid Agung Palembang Tempoe Doeloe, Kini Jadi Pusat Wisata Religi

Masjid Agung Palembang Tempoe Doeloe, Kini Jadi Pusat Wisata Religi

Masjid Agung Palaembang dulunya masih satu kompleks dengan Istana Kesultanan Palembang Darussalam yang sekarang Benteng Kuto Besak. Foto: ist--

Pada ketiga mustaka diukir motif bunga tropis. Di ujung mustaka diukir bunga yang sedang mekar. Konsep ini juga memasukkan unsur Jawa-Candi Hindu yang juga mirip Masjid Agung Demak. 

BACA JUGA:Rekomendasi: Wisata Religi yang Bikin Happy di Jawa Barat Selain Masjid Al-Jabbar

BACA JUGA:Empat Wisata Religi di Palembang yang Wajib Kamu Datangi, Nomor 3 Diakui Dunia

Bentuk limas di atas masjid terdiri dari tiga tingkatan. Paling atas ada ukiran daun simbar, dan terdapat 13 jurai di setiap sisi. Bentuk jurai yang lancip dan melengkung menyerupai bangunan kelenteng, khas bangunan China. 

Khas Eropanya ada di jendela masjid yang tinggi dan besar. Begitu juga di pilarnya yang mengesankan bangunan kokoh. Menariknya, Sultan mendatangkan langsung kaca dan marmar masjid dari Eropa. 

Pembangunan terus berlangusung hingga Kesultanan Palembang Darussalam dilanjutkan oleh Sultan Ahmad Najamudin pada tahun 1758 hingga 1774 Masehi. 

Pada masa Sultan Ahmad Najamudin inilah bangunan menara mulai ada, bentuknya persegi enam dan tingginya setinggi 20 meter. Posisinya, persisi di posisi menara yang sekarang. 

BACA JUGA:Wisata Religi ke Masjid Tertua di Lampung, Ini Lokasi dan Kisahnya

BACA JUGA:10 Masjid Tertua di Indonesia Cocok Dijadikan Tempat Wisata Religi

Dalam perjalananya, masjid ini sempat mengalami rusak parah akibat pertempuran besar di zaman Belanda pada tahun 1819 hingga 1821. Tapi, pemerintah Hindia Belanda memperbaiki dan mengembalikan ke bentuk awal. 

Pemerintah Hindia Belanda kemudian memperluas bangunan masjid tahun 1879. Di waktu bersamaan dibangun pula gerbang utama dan dirubah menjadi doric style. 

Perluasan kembali dilakukan masa Pangeran Nata Agama Karta Manggala Mustofa Ibnu Raden Kamaludin pada tahun 1879. Berikutnya, pada tahun 1893, perluasan kembali dilakukan. 

Terus, pada tahun 1930 renovasi pada bagian pilar dengan menambahkan jarak antara atap dan pilar menjadi 4 meter. 

BACA JUGA:Akhir Pekan Mau ke Palembang? Ini 6 Objek Wisata di Sekitar Jembatan Ampera

BACA JUGA:Jembatan Ampera Bersolek, Berikut 9 Fakta Destinasi Wisata Super Andalan di Sumsel yang Jarang Diketahui

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: