Masjid Agung Palembang Tempoe Doeloe, Kini Jadi Pusat Wisata Religi

Masjid Agung Palembang Tempoe Doeloe, Kini Jadi Pusat Wisata Religi

Masjid Agung Palaembang dulunya masih satu kompleks dengan Istana Kesultanan Palembang Darussalam yang sekarang Benteng Kuto Besak. Foto: ist--

ENIMEKSPRES.CO.ID – Salah satu pusat wisata religi terpenting di Provinsi Sumatera Selatan adalah Masjid Agung Palembang.  

Tempoe doeloe, keberadaan masjid yang bernama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II ini bukan hanya sebatas bangunan tempat sholat umat Islam saja.

Tapi juga sebagai pusat pemerintahan karena masuk satu kompleks dengan Istana Kesultanan Palembang Darussalam.  

Dan kini, masjid tersebut menjadi objek wisata religi bukan hanya bagi masyarakat Sumsel tapi juga bagi masyarakat Indonesia bahkan bagi muslim  manca negara. 

BACA JUGA:Sejarah Masjid Agung Palembang, Peninggalan Kesultanan Darussalam yang Kini Jadi Pusat Wisata Religi

BACA JUGA:Kamu Tahu Nama dan Makna Tugu serta Bundaran Ini Dimana? Ini Sudah Jadi Destinasi Wisata Lho

Sebab, keberadaannya memiliki nilai historis yang tinggi. 

Misalnya, sebagai bukti sejarah peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam.

Dilansir enimekspres.co.id dari laman kemenag.go.id, masjid ini awalnya adalah Masjid Sultan yang masih satu kawasan dengan Istana Sultan (saat ini Benteng Kuto Besak). 

Didirikan oleh Jayo Wikromo yang kemudian bergelar Sultan Mahmud Badaruddin I tahun 1724 hingga 1758 Masehi. 

BACA JUGA:Cuma 2 Jam dari Palembang, Ada Wisata Religi Masjid dengan Dua Icon Memesona. Ke Sekayu Bisa Sekalian Mampir

Proses pembangunannya sangat lama, hingga mencapai 10 tahun. Dimulai sejak tahun 1738, selesai dan peresmian pada 26 Mei 1748.

Masa Kesultanan Palembang Darussalam, masjid ini hanya bangunan ala kadarnya yang berukuran hanya 30 x 36 meter dan tidak memiliki menara. Bentuknya menyerupai bujur sangkar. Pada masanya, dengan luas 1.080 meter persegi dengan kapastitas hingga 1.200 jamaah, masjid ini diklem sebagai masjid terbesar di nusantara.  

Sultan sengaja membangun masjid untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam. Arsiteknya didatangkan langsung dari Eropa dengan pendekatan tiga konsep, gaya Eropa, gaya China dan khas Nusantara. Puncaknya berbentuk limas dan berundak tiga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: