Apa Itu Teknologi USC yang Digunakan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8?

Nah, mengatasi pencemaran lingkungan udara itulah, teknologi USC digunakan.

USC dipercaya mampu menekan seminimal mungkin mengurangi gas buang, karena suhu uap yang masuk ke turbin dari hasil pembakaran batu bara bisa diatur tekannya oleh USC.

BACA JUGA:Bagaimana Cara Kerja PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 Batu Bara Sehingga Bisa Hasilkan Arus Listrik?

BACA JUGA:Dilema PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, Antara Batu Bara dan Energi Baru Terbarukan

Pengaturan yang dimaksud adalah pengaturan tekanan suhu setinggi mungkin.

Sebab, dengan suhu tinggi itulah akan bisa menekan gas buang.

Nah, gas buang yang menyebar ke udara itulah kadar karbonnya sudah rendah, sehingga aman bagi masyarakat serta aman pula bagi kehidupan lain, baik hewan maupun tumbuhan.

Diwartakan sebelumnya, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, sebuah cita-cita yang di ujung kenyataan setelah sebelumnya dimimpikan pada tahun 1996 lalu.

BACA JUGA:Program 35.000 MW Baru Tercapai 16.596 MW, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 Sumbang 2x660 MW

BACA JUGA:Bukan Hanya PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 Saja, Sudah 415 Unit Pembangkit Listrik Telah COD

Proses konstruksi proyek yang termasuk dalam program pemerintah pusat mencapai 35.000 megawatt (MW) itu baru dikerjakan pada 2018.

Mestinya, proyek fisik yang dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), sebuah perusahaan kalaborasi sekaligus ‘pemilik’ dari PT Bukit Asam ini sudah harus beroperasi pada 2022 lalu.

Namun karena berbagai kendala teknis, barulah September ke depan biasa operasional full.

Hingga saat ini, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 tetap akan menggunakan batu bara untuk bahan pembakarnya.

BACA JUGA:Sebelum ke PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, Penggunaan Biomassa Diujicoba ke PLTU Tanjung Enim

Sumber: