Ia seketika mati, akibat kucuran darah oleh buah aren yang menimpa kepalanya.
Tentu saja, si Mata Empat girang karena dirinyalah Jawara sesungguhnya.
BACA JUGA:Anggota Polres PALI Polda Sumatera Selatan ‘Adu Tembak’
BACA JUGA:Wajib Mampir dan Dicoba, Ini 15 Tempat Makan dan Pusat Oleh-oleh Khas Sumatera Selatan
Namun, ia jadi penasaran dengan kabar burung soal rasa air ludah si Pahit Lidah.
Ia yang dikuasai penasaran lantas menyentuh ujung lidah lawannya dan langsung mengecap air ludah itu.
Ternyata, rasanya lebih Pahit dari Brotowali.
Tanpa sepengetahuan si Mata Empat, misteri kesaktian si Pahit Lidah ada di air ludahnya yang pahit dan mengandung racun.
BACA JUGA:5 Kamera ETLE di Lubuklinggau Mulai Hari Ini Aktif Merekam Pelanggaran, Cek di Sini Lokasinya
BACA JUGA:Pembangunan Kantor Pemprov Sumatera Selatan Dilanjutkan Tahun 2023
Seketika, tubuhnya membiru dan si Mata Empat Mati karena keracunan air ludah lawannya.
Kebenaran kisah pertarungan antara si Pahit Lidah dan si Mata Empat bisa dilihat melalui sejarah kematian sang Jawara di Makam Pekon Sukabanjar.
Si Pahit Lidah dan si Mata Empat dimakamkan tidak jauh dari tepian Danau Ranau di Makam Pekon Sukabanjar, Lubuk Seminung, Lampung Barat.
Banyak pengunjung yang mendatangi dua makan keramat ini saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).