Menggugat Mental Feodalisme

Menggugat Mental Feodalisme

Ibrahim Guntur Nuary. Foto : DOK--

BACA JUGA:Peran Bahasa Inggris dalam Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi

Lagi-lagi, pendidikan menjadi pondasi utama yang harus merasuk kepada setiap orang untuk mengubah pemikiran dan perilaku, maka penting sekali untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Dalam pendidikan tinggi, seseorang diajarkan untuk berpikir secara kritis, yang artinya harus skeptis dalam mencari kebenaran yang ada, tidak di telan mentah-mentah ihwal hal yang sangsi.

Dari pemikiran yang kritis maka akan tercpitanya wawasan yang baik dan tidak mudah di bodohi.

BACA JUGA:Peran Orang Tua dalam Mendorong Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

BACA JUGA:Agenda Rakernas Berujung Kongres SMSI

Mental Inferior

Mental ini seringkali menjadi mental yang mainstream, melekat, dan membekas hampir di setiap orang yang melihat orang yang tinggi dengan jabatan dan yang lainnya.

Orang dengan ketenaran yang luar biasa, jabatan yang luar biasa, dan kehebatan yang luar biasa, terkadang terkena sindrom feodalisme yang mengakibatkan melihat orang dari kacamata inferior (rendah).

Ini adalah mental yang salah, apalagi jika orang yang di inferiorkan merasa demikian, maka hal tersebut harus diubah, karena setiap orang adalah sama dan tidak ada bedanya.

BACA JUGA:Menggeliatnya Jasa Joki: Rusaknya Dunia Pendidikan

BACA JUGA:Taiwan Teguhkan Diri Sebagai Pemain Semikonduktor Dunia

Jangan pernah merendahkan diri sendiri di hadapan orang lain yang mempunyai kedudukan yang luar biasa.

Ini akan tercipta feodalisme dan bermuara pada aktifnya mental inferior.

Memang dalam ilmu sosiologi di bahas ihwal stratifikasi sosial, namun tidak serta merta harus menitikberatkan kepada feodalisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: