Menggugat Mental Feodalisme

Menggugat Mental Feodalisme

Ibrahim Guntur Nuary. Foto : DOK--

Mereka yang menerapkan mental superioritas terhadap orang lain, maka seolah-olah akan lebih baik dari siapapun dan menganggap orang lain tidak berarti apapun.

Ini adalah mental yang salah dan harus dibenarkan.

BACA JUGA:Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris dengan Keterampilan Mendengarkan

BACA JUGA:Pengenalan Aspek Bahasa Inggris Untuk Anak Usia Dini Melalui Nyanyian

Seseorang akan punya persepsi lebih baik dari orang lain dan hal ini tidak menjadi masalah jika tidak diselipkan nilai feodalisme di dalamnya.

Sikap lebih baik dari orang lain bisa diaktifkan hanya untuk memotivasi diri sendiri dan tidak boleh menjatuhkan orang lain atau menganggap orang lain rendah.

Menganggap orang lain rendah dan tidak pada level yang sama, maka akan membuat gap dalam kehidupan sehari-hari.

Ini menimbulkan krisis sosial yang terus menerus tergerus mengenai kesetaraan sosial.

BACA JUGA:Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa dalam Menghadapi Era Revolusi 4.0

BACA JUGA:Pengaruh Apresiasi dalam Mengembangkan Sikap Percaya Diri Anak

Pada dasarnya manusia harus membumikan egaliter kepada siapapun.

Entah jabatan apapun yang diemban, tetap harus membumi dan tidak boleh menganggap orang lain lebih rendah.

Walaupun memang yang terjadi tidak demikian, banyak orang yang memanfaatkan jabatannya untuk menghina dan merendahkan seseorang, yang artinya pendidikan yang ditempanya berarti gagal.

Karena keluaran dari pendidikan adalah menjadi pribadi yang humanis dan membumikan egaliterisme.

BACA JUGA:Gen Alpha Mempunyai Privilege dalam Mempelajari Bahasa Asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: