Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa paham seorang mahasiswa tentang apa yang sudah mereka pelajari.
Selain itu, tugas juga memberikan dampak positif bagi mahasiswa untuk berdiskusi di luar jam kuliah dengan teman sejawat, agar tugas yang dikerjakan bisa mendapat nilai yang baik, karena keluaran dari tugas adalah nilai yang baik diakhir semester, terlepas dari UTS dan UAS.
Walaupun memang tidak semua mahasiswa memanfaatkan cara yang tidak baik seperti ini, tapi jikalau ada, peran dosen perlu mengingatkan dengan halus agar mahasiswa yang terjebak dengan jasa joki untuk lebih percaya diri dengan hasil tugasnya sendiri.
BACA JUGA:Disrupsi BSI
Terkadang mahasiswa yang memakai jasa joki, mereka yang tidak percaya diri dengan karyanya, supaya mendapat nilai bagus, maka jalan terakhir adalah joki.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pintu-pintu taubat masih terbuka lebar, bagi mereka yang sudah candu dan sakau dengan perjokian, diharapkan untuk bertaubat segera mungkin.
Sebelum pintu taubat itu ditutup oleh dosen yang mengetahui cara curang seperti itu.
BACA JUGA:Naik Turunnya Keuangan Syariah: Refleksi Ketidaksempurnaan
Perlu Dibinasakan
Racun jasa joki harus dicarikan penawar bagi mahasiswa yang sudah kecanduan.
Hal ini akan berdampak pada isi otak mahasiswa tersebut.
Karena pada akhirnya otak juga perlu diberikan nutrisi baik dengan menganalisis tugas-tugas, tidak hanya tubuh secara fisik saja yang perlu nutrisi.
BACA JUGA:Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024 Terbilang Sukses?
Aktivitas kuliah tidak hanya melakukan diskusi dan melakukan tanya jawab dengan dosen tapi juga mengerjakan tugas dengan semaksimal mungkin.
Tugas yang baik adalah tugas yang dikumpulkan dengan hasil sendiri tidak perlu khawatir salah dan benar.
Jika ada mahasiswa yang berani berargumen bahwa jasa joki adalah baik dan solusi mengerjakan tugas yang katanya sulit, sebaiknya tidak usah kuliah!