Misalnya, anak yang baru mulai membaca, sebagai pendidik kita memilih buku-buku yang hanya terdiri dari satu kata misalkan halaman pertama ada gambar buah apel dan di bawahnya ada tulisan This is Apple.
Setelah itu bisa dicoba dengan kata yang lain, misalkan I like banana. Anak bisa membuat sendiri buku-buku seperti itu atau mendapatkannya melalui reading A to Z.
BACA JUGA:Peran Guru PAI Bekali Siswa Terhadap Sekolah Pada Nilai Ujian Praktek Agama
Writing (Menulis): Ini adalah tahapan yang paling sulit dalam belajar bahasa Inggris, karena ada banyak aturan yang harus dipatuhi.
Biasanya orang Indonesia pasti akan kesulitan untuk berbicara dalam bahasa Inggris.
Sebenarnya bukan karena tidak bisa melainkan karena takut salah.
Padahal meskipun kita salah mengucapkan susunan beberapa kalimat atau salah kata bahasanya lawan bicara kita pasti mengerti.
BACA JUGA:Degradasi Bandara SMB II Palembang “Tanggung Jawab Saya Mengembalikan Gelar Internasional”
Tapi lain halnya dengan menulis, ketika kita melakukan banyak sekali kesalahan tata bahasa dan cara pengejaan bisa jadi orang yang membaca tulisan kita tidak mengerti apa yang kita tulis.
Karena ini relatif sulit, maka menulis menjadi tahapan terakhir.
Sebagai pendidik kita tidak boleh terburu-buru mengajarkan grammar atau menulis apabila anak belum menguasai tiga tahap sebelumnya.
Untuk mengajarkan anak grammar sebaiknya dilakukan secara implisit melalui buku yang berisi kalimat-kalimat yang berpola sama.
BACA JUGA:Taiwan Belum Bisa Gabung WHO, Tapi Siap Berbagi dan Minta Dukungan Indonesia
Misalkan apabila halaman pertama berisi kalimat past tense maka halaman-halaman berikutnya juga berpola past tense.
Sehingga setelah beberapa kali pengulangan anak bisa mendapatkan gambaran kapan kalimat bentuk past tense itu digunakan.
Jika anak diajarkan grammar secara eksplisit yaitu dengan penjelasan panjang lebar mengenai past tense lengkap dengan rumus yang harus dihafal, maka anak akan kebingungan dan akhirnya malah merasa takut untuk menulis.