Sehingga, untuk sekali naik ke puncak Menara Jembatan Ampera bisa untuk 8 orang per satu menara.
Tahap berikutnya, kata Eddy masih soal teknis yaitu pembatasan waktu wisatawan berada di puncak Menara Jembatan Ampera.
Ini bertujuan memberi kesempatan kepada wisatawan lain agar juga bisa menikmati pemandangan Kota Palembang dari ketinggian.
Baik Eddy maupun Ratu Dewa sepakat bahwa di puncak Menara Jembatan Ampera tidak boleh ada kios untuk berjualan atau restoran.
BACA JUGA:Fakta Jembatan Ampera Palembang, Destinasi Wisata Super Andalan di Sumsel yang Jarang Diketahui
Puncak Menara hanya dijadikan objek wisata, swafoto dan menikmati pemandangan saja.
Diketahui, Jembatan Ampera, singkatan dari "Amanat Penderitaan Rakyat".
Jembatan Ampera bukan hanya sebuah struktur megah yang menghubungkan dua sisi Sungai Musi, tetapi juga sarat akan sejarah dan makna bagi warga Bumi Sriwijaya.
Lahirnya Ide dan Proses Pembangunan Jembatan Ampera pada era 1960-an, Palembang mengalami permasalahan utama dalam mobilitas antara dua sisi Sungai Musi yang membelah kota.
BACA JUGA:Kamu Wisata ke Sekitar Jembatan Ampera Palembang Tidak Cukup Waktu Sehari, Ini 5 Objeknya
Demi mengatasi kendala ini, pemerintah berinisiatif membangun jembatan yang akan menghubungkan kedua sisi sungai tersebut.
Jembatan Ampera dirancang sebagai jembatan gantung pertama di Indonesia yang menggunakan beton prategang.
Perancangannya dimulai pada tahun 1962 oleh insinyur dari Jerman bernama Freidrich Stapf, dan pembangunannya dimulai pada tahun 1964 di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno.
Selesai dibangun pada tahun 1965, Jembatan Ampera segera menjadi simbol kebanggaan bagi warga Palembang.
BACA JUGA:4 Tempat Wisata Sejarah di Palembang, Nomor 3 Lokasinya Tak Jauh dari Jembatan Ampera