Sultan sengaja membangun masjid untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam.
Arsiteknya didatangkan langsung dari Eropa dengan pendekatan tiga konsep, gaya Eropa, gaya China, dan khas Nusantara.
Puncaknya berbentuk limas dan berundak tiga.
Pada ketiga mustaka diukir motif bunga tropis.
Di ujung mustaka diukir bunga yang sedang mekar.
Konsep ini juga memasukkan unsur Jawa-Candi Hindu yang juga mirip Masjid Agung Demak.
Bentuk limas di atas masjid terdiri dari tiga tingkatan.
Paling atas ada ukiran daun simbar, dan terdapat 13 jurai di setiap sisi.
BACA JUGA:10 Masjid Tertua di Indonesia Cocok Dijadikan Tempat Wisata Religi
Bentuk jurai yang lancip dan melengkung menyerupai bangunan kelenteng, khas bangunan China.
Khas Eropanya ada di jendela masjid yang tinggi dan besar.
Begitu juga di pilarnya yang mengesankan bangunan kokoh.
Menariknya, Sultan mendatangkan langsung kaca dan marmer masjid dari Eropa.
BACA JUGA:Wisata Religi ke Masjid Tertua di Lampung, Ini Lokasi dan Kisahnya
Pembangunan terus berlangsung hingga Kesultanan Palembang Darussalam dilanjutkan oleh Sultan Ahmad Najamudin pada tahun 1758 hingga 1774 Masehi.