Cabai Merah, Beras, dan Kemiskinan: Potret Sosial-Ekonomi Kabupaten Muara Enim 2025
Triyandar Habsi. Foto : DOK PRIBADI--
Oleh: Triyandar Habsi, SST., M.M.
Penulis adalah Kasubbag Umum BPS Kabupaten Muara Enim
STATISTIK terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muara Enim menghadirkan dua kabar yang saling berkaitan erat: inflasi yang berhasil dijaga tetap moderat, serta angka kemiskinan yang semakin menurun.
Sekilas, keduanya tampak sebagai isu yang berbeda.
Namun, dalam kenyataan sehari-hari, inflasi dan kemiskinan adalah dua sisi mata uang yang sama.
Inflasi yang tinggi berpotensi menambah jumlah orang miskin karena daya beli mereka tergerus, sedangkan inflasi yang terkendali memberi ruang bagi masyarakat miskin untuk mempertahankan konsumsi dasarnya.
BPS Kabupaten Muara Enim pada bulan Agustus 2025 mencatat inflasi bulanan sebesar 0,22 persen dan inflasi tahunan di angka 3,42 persen.
Angka ini masih berada pada level moderat yang dianggap sehat bagi perputaran ekonomi.
Teori ekonomi klasik menyebutkan bahwa inflasi yang terlalu rendah bisa menandakan stagnasi, sementara inflasi yang terlalu tinggi dapat menggerus kesejahteraan.
Inflasi Kabupaten Muara Enim berada di titik tengah, sebuah kondisi yang memungkinkan aktivitas ekonomi tetap bergerak tanpa harus mengorbankan daya beli masyarakat.
Penyumbang inflasi tetap didominasi oleh harga pangan.
Bawang merah, cabai merah, beras, hingga mie instan menjadi komoditas yang paling sensitif terhadap perubahan harga.
Bagi rumah tangga miskin, persoalan ini sangat krusial.
Hukum Engel menjelaskan bahwa semakin rendah pendapatan sebuah rumah tangga, semakin besar proporsi pengeluaran yang digunakan untuk pangan.
Itu sebabnya sedikit saja kenaikan harga kebutuhan pokok, dampaknya langsung terasa menyesakkan.
Namun pada 2025, intervensi pemerintah melalui Perum BULOG Sumatera Selatan dan Bangka Belitung dalam bentuk penyaluran beras Bulog sebanyak 9.000 ton ke seluruh wilayah regionalnya dan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) oleh Pemerintah Pusat terbukti ampuh menahan gejolak harga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: