Cabai Merah, Beras, dan Kemiskinan: Potret Sosial-Ekonomi Kabupaten Muara Enim 2025
Triyandar Habsi. Foto : DOK PRIBADI--
Stabilitas harga ini memberi napas bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk menjaga daya beli mereka.
Kondisi inflasi yang relatif stabil sejalan dengan penurunan angka kemiskinan.
Tahun 2025 mencatat tingkat kemiskinan Muara Enim sebesar 9,45 persen, turun 0,34 poin dari tahun sebelumnya.
Jumlah penduduk miskin menyusut menjadi 64,82 ribu jiwa, angka terendah dalam lima tahun terakhir.
Penurunan ini tidak hanya terlihat dari sisi jumlah, tetapi juga dari kualitas.
Indeks Kedalaman Kemiskinan berada pada 1,28, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan menyentuh angka 0,28.
Kedua indikator ini menandakan bahwa pendapatan kelompok miskin semakin membaik dan jarak kesejahteraan antar mereka semakin menyempit.
Hubungan antara inflasi dan kemiskinan di sini menjadi nyata.
Ketika inflasi mampu dijaga, konsumsi dasar rumah tangga miskin tetap terjaga.
Konsumsi yang stabil memberi peluang bagi mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, atau setidaknya semakin dekat dengan garis sejahtera.
Teori poverty-inflation nexus menyebutkan bahwa stabilitas harga adalah salah satu kunci utama dalam mengurangi kemiskinan.
Setidaknya statistik Kabupaten Muara Enim 2025 telah membuktikan teori tersebut.
Bila melihat lebih luas, posisi Kabupaten Muara Enim di tingkat Provinsi Sumatera Selatan memberi perspektif tambahan.
Dari sisi inflasi bulan Agustus 2025, Kabupaten Ogan Komering Ilir mencatat laju tertinggi sebesar 3,67 persen, sedangkan Kota Palembang justru terendah di 2,83 persen.
Muara Enim berada di kisaran tengah, menandakan stabilitas harga relatif terjaga tanpa gejolak berarti.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: