"Sementara konsumsi 800.000 ton. Mestinya kita ada saving setengahnya. Tapi anomalinya ada sumber inflasi justru dari komoditi beras," papar Elen.
BACA JUGA:Ekonomi Sumsel Tumbuh Signifikan Mencapai 5,23 Persen
BACA JUGA:Pengembangan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di Sumsel, Ini Strateginya
Produksi yang tinggi ini belum dinikmati sepenuhnya dan hal ini nilainya sangat dipengaruhi oleh hilirisasi.
Bukan hanya beras, kelapa sawit pun yang dibawa keluar semua dalam bentuk CPO.
Demikian halnya karet, belum terjadi hilirisasi dalam bentuk ban, sarung tangan, atau lainnya, begitupun dengan kopi.
"Kopi bisa dijaga dari proses panen sampai packing ke konsumen sebenarnya nilai tambahnya bisa 20 kali lipat. Seperti kopi-kopi Semende, Pagaralam jika tidak dilakukan peningkatan kualitas maka tidak bertambah nilai tambahnya," jelas Elen.
BACA JUGA:Keren! Ekonomi Provinsi Sumsel Triwulan I 2024 Tumbuh 5,06 Persen
BACA JUGA:Rahasia di Balik Cita Rasa Unik Kopi Semendo Muara Enim: Warisan, Budidaya, dan Peluang Ekonomi
Sementara itu, Anggota DPR RI, Hafisz Tohir mengatakan, diadakannya FGD bersama Komisi XI DPR RI dan BSBI ini adalah sebagai media bertukar pikiran satu sama.
Hafisz mengatakan, memang tidak mudah memperbaiki perekonomian di tengah gejolak global yang luar biasa.
Setelah baru-baru ini keliling kelima negara, ia mengatakan perekonomian memang tengah lesu dimana-mana.
Begitupun di Eropa, salah satu negara dengan pertumbuhan ekonominya yang cukup stabil menurutnya adalah Jerman.
BACA JUGA:Jalan Tol Trans Sumatera Membuka Simpul Ekonomi Baru
"Begitu saya pulang ke Indonesia ada setitik harapan kita bisa menjadi negara 5 besar dunia. Makanya kita minta BI dapat mengendalikan inflasi," ujarnya.