Oleh: Syifa Nabilla
Penulis adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah TangerangPEMBELAJARAN bahasa Inggris pada anak-anak prasekolah dapat dilakukan dengan baik ke dalam Kurikulum Merdeka berbasis permainan.
Bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing dimana penggunaannya sangat terbatas.
Menurut penulis menggabungkan pembelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum berbasis permainan ini bertujuan untuk menekankan pentingnya pendekatan ini dan memberikan contoh strategi yang efektif untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada anak melalui permainan.
Menciptakan pembelajaran bahasa Inggris ke dalam kurikulum membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk menghadapi dunia global yang semakin terhubung, tanpa media permainan anak lebih cenderung merasa bosan ketika tidak menggunakan media permainan.
BACA JUGA:Fenomena Pinjol dan Judi Online: Gagalnya Revolusi Mental?
Menggunakan permainan untuk mengajarkan bahasa Inggris membuat pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami dan memicu minat anak untuk belajar lebih tinggi.
Bermain permainan yang memperkenalkan kosakata baru dalam bahasa Inggris membantu anak untuk memahami dan mengingat kata-kata dengan cara yang bermakna.
Dengan pendekatan berbasis permainan, anak-anak dapat lebih aktif dan terlibat dalam proses belajar, yang meningkatkan motivasi dan hasil belajar mereka.
Pendekatan ini juga memungkinkan anak-anak untuk belajar Bahasa Inggris dalam situasi yang menyenangkan, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.
BACA JUGA:Komunikasi dalam Bingkai Disrupsi di Era Digital
Pembahasan
Bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing dimana penggunaannya sangat terbatas.
Bahasa Inggris hanya dipelajari di kelas, sedangkan ketika di luar kelas, anak-anak jarang menggunakan bahasa Inggris secara alami.
Peran Orang tua sangat lah penting dalam hal ini, karena mereka dapat menjadi contoh yang baik dengan menggunakan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari di rumah.
BACA JUGA:Kebebasan Pers: Wartawan Berpikir Kritis Tanpa Batas