"Terus terang kalau sudah pecah dari Rp2.000 per kilogram, kami petani ini kecewa," ucapnya.
Karena, kata dia, setiap masa pemanenan, ada kalkulasi biaya yang tidak bisa berubah.
Contoh, biaya upah panen, biaya muat, dan biaya angkutan.
BACA JUGA:Harga Sawit di Sumatera Selatan Kembali Turun, Sekarang Jadi Segini
"Tiga poin pengeluaran itu tidak bisa dikurangi. Mereka nggak mau tahu soal harga TBS sawit," ujarnya lesu.
Untuk itu, dia berharap kepada Pemerintah agar secepat mungkin turun tangan.
"Ya, Pemerintah harus cepat bertindak, jangan sampai terus turun," pinta dia.
Di sisi lain soal rencana Pemerintah akan menetapkan sendiri harga acuan CPO, petani sawit di Muara Enim Sumsel menyambut baik rencana tersebut.
BACA JUGA:Soal BBM Campur Sawit, Petani Harap Harga TBS Meningkat
BACA JUGA:Petani Sawit Harap Rencana Harga Acuan CPO Berdampak Positif ke Harga TBS
Di mana rencananya Pemerintah akan menetapkan harga acuan minyak mentah atau crude palm oil (CPO) mulai Juni 2023 mendatang.
Apalagi saat ini petani sawit sedang gusar dengan kondisi harga sawit yang sangat flukuatif.
Terlebih, seperti yang terjadi akhir-akhir ini, yang mana dalam sehari harga sawit bisa turun sampai dua kali.
Yanso, petani sawit asal Muara Enim Sumsel, mengatakan jika Indonesia sudah menetapkan sendiri harga acuan CPO, maka dengan sendirinya Pemerintah harus mempertimbangkan nasib dan keberlangsungan sawit dalam Negeri.
BACA JUGA:Wow! 10 Orang Terkaya di Indonesia Semuanya Pengusaha Sawit, Nomor 9 Usaha Sawitnya ada di Sumsel