Kisah Legenda Candi Bumi Ayu

Selasa 10-01-2023,17:05 WIB
Editor : Andre

Bak rembulan, sudah indah jauh pula. Begitulah putri ayu, sudah cantik, pandai, kaya pula.

Pendidikan yang diberikan orang tuanya tidak bisa diberikan oleh orang tua para bujang gadis dusun itu.

BACA JUGA:Guru PPPK Tak Ada Batasan Pensiun

Kecakapannya menulis, menenun, menari, menyanyi memasak dan berbagai kecakapan yang tak dimiliki gadis seusianya telah membuat kesombongannya bertambah.

Suatu hari para bujang gadis tengah bermusyawarah.

Mereka hendak berbagi tugas dan menyusun acara untuk menyambut dan merayakan panen tahun ini.

Para bujang gadis akan menyumbangkan sebuah tarian berpasangan dan ketika Putri Ayu tahu, bahwa ia harus berpasangan dengan seseorang bujang anak petani serta merta ia marah.

BACA JUGA:Kementerian PPPA Beri Tanggapan Terkait Tuntutan 7 Bulan Penjara Terhadap Terdakwa Pemerkosaan di Lahat Sumsel

“Cuihh, tak sudi aku berpasangan dengan dia! Tak pantas rasanya anak seorang adipati menari bersama seorang bujang miskin sepertimu!,” ucap Putri Ayu meludah didepan wajah bujang itu, ia mengarahkan telunjuknya kearah bujang itu.

Merah padam wajah sang bujang.

Sungguh dirinya amat sangat terhina diperlakukan seperti itu, apalagi dihina didepan banyak orang dan teman-temannya pula.

Harga dirinya terinjak injak.

BACA JUGA:3 Dampak Psikologis dan Kesehatan Korban Pemerkosaan, Nomor Terakhir Paling Fatal

Meskipun perkataan Putri Ayu adalah benar. Ia hanya bujang miskin, ah sakit sekali hatinya.

“Tapi Putri Ayu! Hanya dia yang cakap menari dan cocok dengan tuan Putri,” ujar seorang gadis menyela.

“Huu, siapa sudi! akupun tak hendak menari dengan kalian. Sangat memalukan, seorang putri tunggal adipati menari dengan bujang dusun!,” ujar Putri Ayu membuang muka.

Kategori :