Urban Farming, Gaya Bertani Perkotaan yang Membantu Ekonomi Rumah Tangga
Lahmodin Oktanata, SP. Foto : DOK/ENIMEKSPRES.CO.ID--
Menurut Dewi (2007), Urban Farming merupakan kegiatan dalam sistem pengelolaan lahan pertanian yang berada di daerah perkotaan sebagai bagian dari adanya salah satu bentuk ruang terbuka hijau (RTH) produktif, yang bernilai ekonomi, ekologi dan rekreasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa urban farming merupakan aktivitas pertanian yang dilakukan di daerah perkotaan dengan karakteristik pemanfaatan lahan yang terbatas, dan tentunya dengan komoditas tertentu.
Urban farming sendiri memiliki banyak jenisnya antara lain vertikultur, taman dinding, taman rooftop, hidroponik, aquaponik, pertanian indoor (indoor farming), rumah kaca (green house) dan lain-lain.
Komoditas yang lebih banyak diusahakan pada kegiatan urban farming pada umumnya adalah komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan.
Urban farming memiliki banyak manfaat, seperti dapat mengurangi polusi udara di daerah perkotaan jika aktivitas ini dilakukan dalam skala besar.
Sebagaimana kita ketahui bahwa udara di daerah perkotaan memiliki tingkat polusi yang lebih tinggi karena emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, urban farming dengan tanaman hijau yang dapat menghasilkan oksigen mampu mengurangi tingkat polusi udara di perkotaan serta dapat menambah nilai estetika lingkungan sekitarnya.
Manfaat lainnya yang dapat dirasakan oleh penggiat urban farming yang dilakukan oleh rumah tangga adalah dapat mengurangi pengeluaran belanja untuk komoditas yang mereka usahakan, hal ini dapat membantu perekonomian rumah tangga apalagi jika produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dalam jumlah besar, bahkan jika ditekuni dengan serius maka dapat menjadi sumber penghasilan bagi rumah tangga.
Beberapa bulan yang lalu kita merasakan mahalnya harga komoditas Cabai Merah di pasaran, harganya yang meningkat tajam menambah pengeluaran rumah tangga untuk mendapatkan komoditas tersebut.
Berdasarkan data inflasi yang dirilis oleh BPS Provinsi Sumatera Selatan, selama dua bulan terakhir (Juni–Juli) komoditas Cabai Merah memberikan andil paling dominan terhadap angka inflasi Sumatera Selatan, yaitu 0,565 di bulan Juni dan 0,345 di bulan Juli, bahkan secara kumulatif (Januari–Juli 2022) andil inflasi komoditas Cabai Merah di Sumatera Selatan mencapai 0,976 paling tinggi diantara komoditas lainnya.
Urban farming dengan menanam komoditas seperti Cabai Merah dan komoditas hortikultura lainnya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) dapat memberikan manfaat dan menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga disaat harga komoditas tersebut meningkat tajam.
Oleh karena itu urban farming tanaman hortikultura sangat dianjurkan untuk meringankan urusan dapur rumah tangga.
Urban farming tidak sulit untuk dilakukan karena tidak membutuhkan lahan yang luas atau bahkan tanpa lahan karena bisa dilakukan diteras rumah dengan menggunakan pot dan polybag dengan biaya yang murah dan terjangkau. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: