Buka Puasa Bareng Itu Tidak Sholat Maghrib dengan Gaya: Fenomena Ataukah Lupa Diri?

Jumat 14-03-2025,12:01 WIB
Reporter : Jesica Maharani
Editor : Andre

Oleh: Jesica Maharani (Peserta Lomba Asal MAN 1 Muara Enim)

BULAN Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu dan penuh berkah bagi umat Islam, serta selalu identik dengan momen berbuka puasanya.

Setelah seharian menahan lapar dan haus, wajar sekali jika orang-orang sangat antusias dalam menyantap hidang yang sudah disiapkan sebelumnya.

Terlebih, buka puasa bukan hanya soal makan, tetapi juga menjadi ajang untuk berkumpul dengan teman atau keluarga, berbincang-bincang hingga update status di media sosial pengguna.

Akan tetapi, di balik perasaan gembira yang berlebihan dalam berbuka, ada satu fenomena yang seringkali terjadi dan terlihat di kalangan anak-anak muda, yakni sholat maghrib yang sering jadi nomor sekian.

Terlihat dari banyaknya yang terlalu fokus terhadap makanan di meja, sibuk berbicara atau justru asyik dalam scroll media sosial hingga sholat maghrib menjadi tertunda atau bahkan terlewat.

Padahal, Islam sangat menenkankan pentingnya sholat di awal waktu bagi umatnya.

Pertanyaannya, ini hanya fenomena budaya yang terjadi karena kebiasaan atau sebenarnya menjadi sebuah tanda bahwa kita mulai lalai dalam ibadah, terlebih di bulan Ramadhan?

Apakah momen buka puasa ini lebih didominasi kesenangan duniawi hingga kita lupa bahwa Ramadhan adalah mengenai bagaimana mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mudah melalui amalan-amalan yang dilipatgandakan pahalanya?

Begitu adzan Maghrib berkumandang, sebetulnya ini menjadi sebuah pertanda agar menyegerakan berbuka dan kemudian melaksanakan sholat.

Akan tetapi, bagaimana realita yang terjadi? Banyak anak muda yang lebih menyegerakan agar melakukan update status terkait menu buka puasanya dibandingkan bergegas pergi ke masjid atau mengambil wudhu untuk sholat maghrib.

Foto-foto makanan diunggah terlebih dahulu, caption yang terlalu lama untuk dipikirkan, dan melanjutkan scroll untuk melihat menu berbuka orang lain di media sosial.

Kemudian mengenai sholat Maghrib?

“Ah nanti aja, masih ada waktu,” begitu kira-kira katanya.

Fenomena yang terjadi ini semakin terasa apabila dilihat di tempat-tempat makan, seperti kafe, restoran ataupun warung tepi jalan yang tiba-tiba terdapat lautan manusia ketika dekat waktu berbuka.

Piring dan gelas sudah tersusun rapi di atas meja, bercakap-cakap dan penuh tawa seisi ruangan, tetapi di sisi lain, masjid menunjukkan kesepiannya.

Kategori :