Melalui kemitraan ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam perikanan berkelanjutan di tingkat global, sekaligus memastikan bahwa pangan laut Indonesia tidak hanya berkualitas dan kompetitif, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir serta kesehatan ekosistem laut.
WWF-Indonesia memiliki peran dalam transformasi sektor perikanan Indonesia, terbukti sepanjang 2019–2024 ada sebanyak 57.908 ton seafood ramah lingkungan yang telah dihasilkan.
Peranan ini, termasuk juga pendampingan untuk udang budidaya, yang hasilnya 62% dari 2.644 ton produksinya telah memperoleh sertifikasi ekolabel ASC.
BACA JUGA:LPSK Berikan Perlindungan Terhadap 9 Saksi dan Korban Kekerasan Seksual dengan Terdakwa IWAS
BACA JUGA:Bea Cukai Berikan Kuliah Umum di UIN Ar-Raniry
Dalam bidang konservasi, WWF-Indonesia juga berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut serta pemantauan tangkapan sampingan (bycatch) di berbagai wilayah perikanan Indonesia.
Hasilnya pantauan, dalam 2022–2024, tercatat 186 lumba-lumba tertangkap secara tidak sengaja di Selat Bali, dari 2.528 trip penangkapan menggunakan purse seine dan jaring insang.
Untuk mengurangi tangkapan samping pada mamalia laut ini, WWF-Indonesia mengembangkan teknologi inovatif seperti bola akrilik sebagai reflektor akustik dan lampu LED pada jaring insang.