Naik Turunnya Keuangan Syariah: Refleksi Ketidaksempurnaan
Oleh: M. Gunawan Yasni (Penulis adalah Ahli Keuangan Syariah)DUNIA ekonomi syariah termasuk keuangan syariah berkembang diawali dengan sesuatu yang asing dipahami oleh masyarakat banyak.
Dari tahun ke tahun upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah selalu mengalami riak-riak kecil dan besar.
Riak-riak yang dalam ilmu ekonomi dan keuangan dikenal dengan 'downturn' and 'upturn' atau 'bottom' and 'peak' adalah suatu hal yang harus diantisipasi sebagaimana Nabi Yusuf 'alaihissalaam melakukannya di masa mengemban amanah sebagai Wazir Mesir.
Keberhasilan Nabi Yusuf ‘alaihissalaam dalam mengantisipasi 'ups' and 'downs' adalah dengan penyampaian komunikasi dan akhlaq yang baik dalam prosesnya, dalam keadaan baik maupun buruk sekalipun.
BACA JUGA:Berantas Bullying, Mental Anak Bangsa Terjamin
Bahkan hadits penghujung para Nabi yaitu Muhammad Shalallaahu 'alaihi Wasallam mengatakan bahwa tidaklah dia diutus oleh Allah Ta'ala kecuali untuk menyempurnakan akhlaq.
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlaq.” (H.R. Al-Baihaqi).
Jika Rasulullaah Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wassallam saja diutus untuk penyempurnaan akhlaq, maka dalam diri dan internal individu maupun institusi ekonomi dan keuangan syariah perlu senantiasa melihat kepada internal diri yang merefleksikan ketidaksempurnaan.
Lebih dari itu bahkan akan selalu ada 'room for improvement' (ruang untuk perbaikan) serta keperluan akan adanya 'updating' dan 'upgrading' kondisi internal masing-masing.
BACA JUGA:Degradasi Bandara SMB II Palembang “Tanggung Jawab Saya Mengembalikan Gelar Internasional”
Pertaubatan Rasa Bersalah
Para pegiat ekonomi dan keuangan syariah, mari kita selalu memelihara rasa bersalah di dalam diri kita sehingga kita senantiasa bertaubat dan selalu dicintai Allah Ta'ala sebagaimana yang Allah katakan dalam Surah Al Baqarah (2) : 222, "Sungguh Allah mencintai orang-orang yang senantiasa bertaubat dan mensucikan diri."
Syarat bertaubat yang utama adalah meminta maaf atas kesalahan terhadap sesama dan kepada Allah Ta'ala agar Allah memberikan jalan keluar dan kemudahan dari arah mana-mana yang kita tidak duga.
Penulis terinformasikan bagaimana pegiat ekonomi konvensional terutama pimpinan utamanya punya kesadaran yang mumpuni menyampaikan permintaan maaf formal saat adanya keterlambatan pelayanan institusinya.
BACA JUGA:Starlink 'Berbahaya' Bagi Indonesia