SUMSEL, ENIMEKSPRES.CO.ID - Tari Tanggai merupakan salah satu tarian yang populer hingga kini di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Dahulu tari tanggai hanya digunakna sebagai pengantar sesajian dan dikategorikan tarian yang sakral.
Nama tari berasal dari properti seperti kuku yang terbuat dari lempengan tembaga dan dipakai di delapan jadi penari kecuali jari jempol.
Tari tanggai memiliki kesamaan dengan tarian yang ada di China.
BACA JUGA:Lagi Liburan ke Pagaralam, Yuk Mampir ke Wisata Edukasi Kebun Stroberi Gunung Dempo
BACA JUGA:Liburan ke Pagaralam? Ini Tempat Ngopi dan Berfoto Cantik di Gunung Dempo
Pada Abad ke-17 Kesultanan Palembang Darussallam mengharamkan perempuan untuk menari, sehingga seluruh pertunjukan diperankan oleh laki-laki.
Memasuki tahun 1920 tari tanggai digunakan untuk mencari jodoh oleh orang tua untuk anak-anaknya atau disebut rasan rang tuo.
Tari tanggai menggunakan busana khas Palembang yaitu Aesan Gede seperti kain songket, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai tajuk, cepak kembang goyang, tanggai tepak (Kotak persegi panjang yang diisi daun sirih, pinang, gambir, kapur dan tembakau.
Tari tanggai perpaduan antara gerak gemulai dan busana khas daerah sehingga penari terlihat anggun.
BACA JUGA:Mau Liburan ke Pagaralam, Bingung Cari Villa? Ini Rekomendasinya untuk Kamu
BACA JUGA:SKK Migas Dorong Penerbitan Aturan Tata Kelola Sumur Minyak Masyarakat
Makna ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
Untuk alat musik pengiring tarian ini terdiri dari Acordion, Gendang Melayu, Gong dan Beduk terbang tambori.
Selain Tari Tanggai, Provinsi Sumsel memiliki berbagai seni tari lainnya seperti tari gending sriwijaya, tari kebagh, tari tepak keraton, tari sambung silampari dan banyak lagi. (*)