ENIMEKSPRES.CO.ID - UGM terus memperkuat diri sebagai kampus inklusif dengan membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Termasuk yang memiliki kerentanan secara ekonomi, sosial, serta geografis.
Salah satu komitmen tersebut diwujudkan melalui program inklusifitas berbasis geografis dengan penerimaan mahasiswa baru melalui jalur seleksi Penelusuran Bibit Unggul (PBU) bagi putra-putri daerah terbaik di luar Pulau Jawa.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof.Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., menegaskan kembali komitmen UGM menjadi kampus inklusif.
BACA JUGA:Keren, UIN Raden Intan Lampung Masuk 10 Besar PTKIN Terbaik Versi UniRank
Persoalan inklusifitas telah tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Rektor UGM 2022-2027 yang menyebutkan UGM sebagai kampus inklusif.
Dan menghargai keberagaman termasuk bagi masyarakat di luar Pulau Jawa yang rentan secara geografis.
“Program penerimaan jalur PBU secara geografis ini merupakan bentuk komitmen UGM untuk pengembangan SDM di luar Jawa atau penguatan wilayah yang rentan secara geografis,” terangnya.
Wening menjelaskan bahwa UGM bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Kagama dalam pelaksanaan program ini.
BACA JUGA:2023, Kementerian Keuangan Targetkan 339.310 Penerima Beasiswa Indonesia Bangkit
Program baru ini mendapatkan respons yang cukup positif dari daerah.
“Saat ini sudah ada 4 Pemda yang menunjukkan komitmen kuat yaitu Bengkulu, Riau, NTT, dan Kalimantan Utara," ujarnya.
"Masing-masing daerah rata-rata menganggarkan sekitar 10-20 mahasiswa untuk ikut dalam seleksi jalur PBU berbasis geografis UGM,” lanjut dia.
Melalui program seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur PBU berbasis geografis tersebut, dikatakan Wening, UGM dan Pemerintah Daerah bersama-sama mengembangkan SDM.
BACA JUGA:Kurikulum Merdeka Segera Diimplementasikan