"Unsri (Universitas Sriwijaya) ini memiliki kurang lebih 36 ribu mahasiswa. Mereka inilah yang tentu akan melanjutkan estafet kepemimpinan di negara ini,” kata dia.
“Sebab itu, saya berharap mahasiswa ini terus semangat dalam melahirkan ide baru untuk kemajuan bangsa," lanjutnya.
Untuk diketahui, Buku Aldera menggambarkan kisah gerakan para aktivis muda pada tahun 1993-1999.
Buku ini mengisahkan tentang gerakan mahasiswa, perjuangan Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) di tahun 1990-an adalah sebuah sejarah yang tidak bisa dilupakan.
BACA JUGA:Mawardi Yahya Ajak Kepala Desa Jadi Pelopor Masifkan GSMP di Sumatera Selatan
Semangat perjuangan di era itu terangkum dengan baik dalam ‘Buku Aldera’.
Aldera adalah gerakan besar prodemokrasi yang memiliki nilai juang bersama para buruh, kaum perempuan, agraria, lingkungan, masyarakat adat, serta gerakan demokrasi lainnya.
Pada masa itu, tergambarkan gerakan anak muda dengan jiwa yang gigih, kritis, siap berjuang untuk membela hak rakyat, serta menjaga demokrasi di Indonesia.
Selain memperjuangkan hak demokrasi, pada Buku Aldera memvisualisasikan perlakuan rezim terhadap para aktivis.
Mulai dari penahanan hingga penculikan, serta dinamika gerakan mahasiswa di era tahun 1993-1999.
Aktivis Aldera yang juga Anggota VI BPK RI, Dr. Pius Lustrilanang, mengatakan bedah Buku Aldera merupakan momen mengulas beragam sejarah terkait pergerakan kaum muda guna menggapai demokrasi.
"Tujuannya untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa, bahwa ada senior-seniornya pada zamannya yang berjuang menegakan demokrasi meruntuhkan rezim otoriter,” kata Pius.
“Demokrasi yang dibangun ini perlu waktu 20 tahun memperjuangkannya, dan mempertahankannya sampai hari ini, perlu 25 tahun," sambung Pius.
BACA JUGA:Seruput ‘Bir Kopi’ Semende Asli Muara Enim, Wagub Mawardi Yahya: Rasanya Luar Biasa
Dengan bedah buku tersebut, diharapkan dapat membuka kesadaran untuk senantiasa menjaga keutuhan demokrasi.