Mengakari Polemik Nasib Guru: Gaji Layak Atau Transformasi Profesi?

Ibrahim Guntur Nuary. Foto : DOK FOR ENIMEKSPRES.CO.ID--
Jika melihat dengan kasat mata unversitas yang ada di Indonesia, tidak sedikit yang mempunyai Fakultas Keguruan.
Bahkan terkesan sangat amat banyak, bayangkan saja dalam satu tahun akan ada banyak ribuan sarjanawan yang menyandang gelar S.Pd tanpa ada lowongan kerja yang memadai selain guru dan berapa banyak juga yang akan mengganggur karena tidak dapat perkejaan.
Jika dalam speisifikasi atau persyaratan pekerjaan saat ini, lebih banyak dibutuhkan prodi Manajemen, Akuntansi, Teknik, dan Bisnis Digital.
Mengutip dari DetikFinance (20/2/2024) sepenjang tahun 2024 pekerjaan yang paling dicari adalah pembuat konten media digital, analisis manajemen bisnis, manajer keuangan, dan pengembangan web, hal ini selaras dengan prodi-prodi yang penulis sebutkan.
Sepertinya gelar sarjana pendidikan tersisihkan dan tidak dapat bersaing dengan prodi-prodi tersebut.
Apalagi persepsi masyarakat dan para HRD ihwal sarjana pendidikan adalah menjadi seorang guru dan tidak akan ada profesi yang pas selalin guru.
Makanya, Fakultas Keguruan mesti bertindak cepat untuk memoles sedemikian rupa nama prodi dan mata kuliah yang ada.
Sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman yang semakin pesat karena AI.
Jika masih stagnan dan sarjana pendidikan hanya bisa menjadi seorang guru, maka sarjana pendidikan tidak akan bisa bersaing dengan prodi lainnya.
Gaji Layak Guru
Nah, ini yang selalu menyita jutaan pasang mata di Indonesia ketika membaca berita soal gaji guru.
Seperti yang penulis singgung di awal bahwa gaji guru belum layak didapatkan oleh guru di Indonesia.
Memang sebenarnya gaji guru yang layak itu berapa dan apakah harus sama dengan negara maju di luar sana.
Sebenarnya tidak juga, hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing negara saja.
Menurut hemat penulis, gaji guru yang layak di angka empat juta perbulan sampai lima juta perbulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: