Titik Hotspot di Wilayah Kabupaten Muara Enim Turun 64 Persen

Titik Hotspot di Wilayah Kabupaten Muara Enim Turun 64 Persen

Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Karhutla 2023 di ruang rapat Pangripta Nusantara Bappeda. Foto : OZI/ENIMEKSPRES.CO.ID--

MUARA ENIM, ENIMEKSPRES.CO.ID - Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Muara Enim, membuahkan hasil.

Tebukti, terhitung dari Januari hingga Juni 2023, titik hotspot di wilayah Kabupaten Muara Enim mengalami penurunan sebesar 64 persen.

“Untuk wilayah Muara Enim dari bulan Januari sampai Juni ada 63 titik hotspot dengan luas lahan terbakar 25 hektarw. Jika dibandingkan di tahun 2022 terhitung di Januari sampai Juni ada sebanyak 163 titik hotspot. Jadi terjadi penurunan sebesar sebesar 64 persen,” jelas Kepala BPBD Kabupaten Muara Enim, H. Abdul Rozieq Putra di sela Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Karhutla 2023 di ruang rapat Pangripta Nusantara Bappeda.

Dalam rapat tersebut dihadiri langsung Sekda Muara Enim Ir. Yulius, Kabag Ops Kompol Toni Arman, Kasdim 0404 Muara Enim Mayor Chb Jauhari, Kapolsek, Camat, Puskemas Danramil, dan perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Muara Enim.

BACA JUGA:Untuk Mengantisipasi Karhutla di Wilayahnya, Ini yang Dilakukan Pemkab Muara Enim

Rozieq menjelaskan, terjadi penurunan titik hotspot tersebut berdasarkan prediksi BMKG bahwa wilayah Muara Enim memasuki musim kemarau.

Walaupun kemarau ternyata masih terjadi turun hujan.

Selain itu, berkurangnya luas halan terbakar juga dibantu oleh helikopter water booming.

“Penurunan titik hotspot ini meski memasuki musim kemarau wilayah Muara Enim masih terjadi turun hujan walaupun memasuki musim kemarau atau kemarau basah dan dibantu oleh pemadaman titik api lewat udara,” jelas Rozieq, Jumat 21 Juli 2023.

BACA JUGA:Relawan Pemadam Kebakaran (Redkar) Kabupaten Muara Enim Siap Siaga Cegah Karhutlah

Karhutla yang paling rawan terjadi di daerah utara wilayah Kabupaten Muara Enim, kata dia, Kecamatan Gelumbang, Muara Belida, dan Sungai Rotan.

Kemudian untuk bagian tengah Kecamatan Gunung Megang, Benakat dan sebagian daerah Rambang dan Rambang Lubai.

Rata-rata penyebab terjadinya karhutla, sambung Rozieq, dari masyarakat yang membuka lahan denga cara membakar.

“Sudah kami sampaikan bahwasanya 99 persen terjadi karhutla diakibatkan perbuatan oleh manusia. Kalau faktor alam sangat kecil sekali. Kami juga mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan perkebunan maupun pertanian dengan cara membakar hutan dan lahan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: