Badan Riset Inovasi Nasional Bantah Gerhana Matahari Hibrida 20 April Bisa Jadi Patokan Menentukan Idul Fitri
Gerhana Matahari Hibrida. Foto : DNN--
JAKARTA, ENIMEKSRES.CO.ID - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) membantah anggapan jika Gerhana Matahari Hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023 bisa jadi patokan untuk menentukan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023 M.
Diketahui, Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023 M kemungkinan akan jatuh pada 21 atau 22 April 2023.
Menggapi isi jika Gerhana Matahari Hibrida bisa jadi patokan menentukan 1 Syawal, Pusat Riset Antariksa BRIN, menyanggah hal tersebut.
BACA JUGA:Besok 20 April 2023 Salat Gerhana Matahari, Begini Caranya
BACA JUGA:Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023, Kemenag Ajak Umat Islam Salat Kusuf
Lantaran fenomena Gerhana Matahari Hibrida menunjukkan konjungsi atau kesegarisan posisi Matahari dan bulan dari pengamatan bumi.
Kendati, kejadian konjungsi ini tidak bisa dijadikan patokan sebagai pergantian bulan Ramadan ke syawal.
Karena, Gerhana Matahari Hibrida hanya menunjukkan adanya bulan baru astronomi atau new moon.
BACA JUGA:Dampak Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023
BACA JUGA:Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023 di Sumsel, Simak Jadwal Lengkapnya
"Tidak benar itu. Gerhana Matahari Hibrida tak bisa dijadikan rujukan sebagai pertanda awal bulan Hijriah atau bulan Islam," kata Ahli Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, dikutip Rabu 19 April 2023.
Djamaluddin menjelaskan, seandainya konjungsi ini bisa dijadikan patokan untuk awal bulan, maka Pemerintah akan memutuskan jatuhnya awal Ramadan lalu pada 22 April 2023.
"Berdasarkan hukum fiqih, dasar penetapan bulan baru Hijriah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat menjelang Maghrib," ulas Djamaluddin.
BACA JUGA:Tegas! Saat Gerhana Matahari Dilarang Melihat Langsung Tanpa Kacamata
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: