Petani Sawit Harap Rencana Harga Acuan CPO Berdampak Positif ke Harga TBS

Petani Sawit Harap Rencana Harga Acuan CPO Berdampak Positif ke Harga TBS

Mulai Juni 2023 mendatang, harga sawit RI tidak lagi diatur oleh Malaysia. Foto : DOK/ENIMEKSPRES.CO.ID--

SUMSEL, ENIMEKSPRES.CO.ID - Petani sawit sambut baik rencana pemerintah yang menghendaki adanya harga acuan Crude Palm Oil (CPO).

Jika itu teralisasi, maka petani berharap akan berdampak positif bagi harga jual tandan buah segarr (TBS) di tingkat petani.

“Persisnya saya kurang paham soal acuan harga CPO, tapi logikanya, jika harga CPO stabil dan tinggi maka harga TBS di kami petani ini akan stabil dan tinggi pula,” kata Jaya, petani sawit asal Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan kepada enimekspres.co.id, Minggu 5 Februari 2023.

Ekspektasi tinggi petani wajar saja, mengingat dalam dua pekan terakhir saja sudah terjadi dua kali penurunan harga, meskipun tidak terlalu signifikan.

BACA JUGA:Harga Sawit di Sumatera Selatan Rp2.447,28 per Kg

“Kita kan gelisah, dalam dua pekan terakhir saja sudah dua kali atau tiga kali turun harga meskipun sedikit,” ungkapnya gusar.

Oleh karena itu, dia mendukung dan berharrap agar pemerintah atau pemangku kebijakan silakan terus mencari jalan agar harga tidak terus turun.

“Petani ini simple, maunya harga terus naik dan stabil. Soal bagaimana dan kebijakan, itu urusan pemerintah,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menghendaki adanya harga acuan CPO melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

BACA JUGA:Ternyata! Bukan Harga yang Sering Turun Saja Ditakuti Para Petani Sawit, Simak Sisi Lain yang Mereka Takuti

Diungkapkan Analis PSP Ahli Madya, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, H. Rudi Arpian, dengan adanya rencana acuan harga CPO ke bursa berjangka lokal akan ada kepastian harga bagi pelaku usaha dan petani sawit.

Hal tersebut berbeda jika mengacu pada harga di luar negeri yang bergantung pada situasi luar.

“Sebagai contoh jika permintaan tinggi (demand) tapi bursa Rotterdam membuat harga rendah, tentu kita sangat dirugikan,” kata Rudi dalam keterangannya, belum lama ini.

Lebih lanjut, selama ini pelaku industri sawit dunia, termasuk Indonesia merujuk ke dua bursa utama MDEX di Malaysia dan Rotterdam di Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: