Desa Lubuk Raman Raih Juara Inovasi Teknologi Tepat Guna Tingkat Kabupaten Muara Enim

Desa Lubuk Raman Raih Juara Inovasi Teknologi Tepat Guna Tingkat Kabupaten Muara Enim

Tim TTG Desa Lubuk Raman, Kecamatan Rambang Niru foto bersama Bagas Tri Parizal (empat dari kiri) usai menerima piala juara. Foto : SIGIT/ENIMEKSPRES.CO.ID--

ENIMEKSPRES.CO.ID, MUARA ENIM - Alat Ukur Kadar Gula Darah Non Invasive menggunakan suplai listrik ataupun baterai 220V/12, berhasil juarai Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Kabupaten Muara Enim yang berlangsung di Gedung Kesenian Putri Dayang Rindu Muara Enim, Kamis (4/8/2022).

Inovasi membawa nama Desa Lubuk Raman, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumsel ini diciptakan oleh Bagas Tri Parizal (21).

Bagas mengatakan penemuannya tersebut sesuai dengan bidang profesinya sebagai seorang tenaga kesehatan elektromedis di salah satu rumah sakit swasta di Prabumulih.

BACA JUGA: Bupati Kurniawan Berharap Peran BPD Dioptimalkan dalam Pembangunan

Kata dia, usai pulang menimbah ilmu di salah satu kampus kesehatan yang ada di Jakarta. Alat tersebut diciptakannya dalam waktu satu bulan terakhir.

“Awal mulanya saya mendapat tugas belajar di Jakarta untuk memperdalam ilmu elektromedis, saya melihat instalasi alat SP02 atau pengukur satu rasa oksigen di tubuh itu apa bisa diterapkan untuk alat lain,” kata Bagas.

“Akhirnya saya mencoba membuat alat ukur kadar gula darah ini. Materialnya tidak banyak, dan sangat hemat, serta bermanfaat sekali untuk masyarakat,” lanjut warga Dusun II, Desa Lubuk Raman tersebut.

Ia menjelaskan, pada umumnya pemeriksaan dan pengecekan kadar gula dalam darah dilakukan dengan metode invasive (dengan melukai atau menusuk jari tangan dengan jarum untuk mengambil sampel darah).

BACA JUGA: Pendampingan Hukum Bagi Warga Tidak Mampu di Kabupaten Muara Enim Masih Minim

Metode tersebut dirasa belum efektif, karena membuat perawat yang menangani pasien menjadi sering berinteraksi secara langsung di tengah pandemi Covid-19 ini.

Di sisi lain, dengan metode invasive dapat menimbulkan efek samping bagi pasien itu sendiri, seperti rasa sakit, ketakutan, trauma, serta infeksi pada luka bekas pengambilan darah.

Sehingga untuk memudahkan pengukuran kadar gula darah terutama bagi penderita diabetes, diperlukan adanya metode yang dapat mengeliminasi ketidakefektifan metode invasive.

Rancang bangun alat ukur kadar gula darah secara non invasive dengan memanfaatkan IoT sebagai monitoring aplikasi Telegram sangat diperlukan bagi penderita diabetes agar dapat selalu mengecek kadar gula darah dalam kisaran normal tanpa harus menggunakan sample darah.

BACA JUGA: Gubernur Herman Deru dan Bupati Kurniawan Panan Raya Padi-Kopi di Desa Segamit

Alat Ukur Kadar Gula Darah Non Invasive dengan memanfatkan IoT sebaga monitoring Telegram ini menggunakan perhitungan nilai konsentrasi larutan dengan refleksi bidang getar gelombang cahaya oleh sensor led dan photodioda yang terdapat pada sensor MAX30102, serta jari sebagai obyek media pengukur metode non invasive tanpa melukai pasien.

Pengujian system instrumentasi secara keseluruhan dengan melakukan percobaan alat ukur secara otomatis yang dikendalikan oleh node mcu esp8266 serta dimonitoring oleh aplikasi Telegram.

Kemudian dengan menggunakan alat invasive sebagai alat kalibrasi dengan system membadingkan nilai tegangan ADC dan nilai kadar gula darah invasive sehingga memunculkan nilai linier yang menjadi rumus mendapatkan hasil nilai real kadar gula darah non invasive.

Setelah pengujian dan analisa data didapatkan presentase keakurasian serta eror pada alat cek kadar gula darah ini memiliki tingkat keakurasian sebesar 90,9 persen dan memiliki eror sebesar 9,1 persen.

BACA JUGA: Dewan Soroti Angka Kemiskinan di Kabupaten Muara Enim Tidak Turun

Akan tetapi, dia pun tidak memungkiri masih banyak kekurangan dan memerlukan pengembangan.

Batasan masalah yang ditemukan dalam pembuatan alat ukur kadar gula darah dengan memanfaatkan IoT sebagai monitoring Telegram, yaitu alat ini tidak mampu membaca nilai kadar gula lebih dari 350 mg/dl.

Lalu, rentang usia yang bisa dibaca di atas 10 tahun hingga 60 tahun, pasien harus posisi tenang atau tidak menggerakan tangan selama pengukuran, alat ini tidak mampu membaca nilai kadar gula pasien yang mempunyai kapal jari yang tebal.

“Pada akhirnya saya masih memerlukan bantuan untuk mengembangkan alat ini. Seperti daftar ke HAKI, SNI, dan pengembangan selanjutnya. Harapannya, kepada Pemerintah Daerah, khususnya Banglitbanda Muara Enim bisa membantu kami,” tukasnya. (git/mg01)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: