Disway Award

Krisis Ekologi Sumatera dan Urgensi Transisi Energi Terbarukan

Krisis Ekologi Sumatera dan Urgensi Transisi Energi Terbarukan

Bagas Pratama. Foto : DOK --

Kawasan hijau yang seharusnya menjadi penyangga ekologis tampak terfragmentasi, digantikan oleh bekas galian, jalan hauling, dan timbunan overburden.

Fragmentasi ini berpotensi mengganggu habitat satwa lokal, mengurangi keanekaragaman hayati, dan memicu perubahan pola aliran air permukaan.

Benar bahwa sektor batubara selama ini menjadi penopang ekonomi Sumsel.

Pada 2024, perekonomian Sumsel masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 24,69 persen (BPS Sumatera Selatan, 2025).

Kekayaan SDA yang melimpah ini membawa pemerintah pada dilema, antara terus menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan lingkungan, atau menjaga keberlanjutan lingkungan dengan risiko kehilangan kue Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup signifikan.

Namun angka kontribusi perekonomian membawa sederet biaya sosial yang juga tak kalah rendah.

Berdasarkan Analisis Biaya Manfaat (Cost-Benefit Analysis) dalam buku Biaya & Manfaat Sosial Eksploitasi Energi Kotor Batubara (Subardin, Imam Asngari, Yuliusman; 2023), kegiatan tambang batubara di lokasi penelitian Muara Enim dinyatakan tidak layak secara sosial dalam jangka panjang, dimana Marginal Social Cost (MSC) yang dikeluarkan masyarakat lebih tinggi melampaui Marginal Social Benefit (MSB) yang diterima.

Artinya, masyarakat jauh lebih banyak menanggung kerugian dibanding manfaat yang diterima dari aktivitas pertambangan.

Beban itu berupa penurunan kualitas perairan, termasuk penyebab banjir karena hutan yang gundul, diikuti kerusakan kesehatan, penurunan produktivitas pertanian, dan degradasi lingkungan yang biayanya tidak pernah benar-benar dihitung dalam laporan ekonomi.

Membuka Sudut Pandang Baru

Dengan kata lain, kita sudah mulai harus memikirkan secara serius alternatif batubara sebagai sumber energi.

Di samping desakan kepada ESDM untuk memberlakukan moratorium Izin Usaha Pertambangan (IUP) tambang -yang diikuti dengan rencana pensiun dini PLTU, upaya untuk membentuk ekosistem pendukung di sisi hilir juga harus mulai digalakkan.

Kalau ditarik lebih jauh, perubahan ini tidak cukup hanya berhenti di level kebijakan atau industri.

Sebagai konsumen akhir, kita juga perlu mulai membuka diri pada opsi energi yang lebih bersih dan efisien.

Selama masyarakat masih nyaman dengan pola lama, transisi energi akan terus tertahan.

Transisi ini tidak harus ditempuh dengan serta merta mengganti sumber energi secara drastis—dan memang tidak realistis jika dipaksakan begitu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: