MUARA ENIM, ENIMEKSPRES.CO.ID - Kegiatan study banding yang dilakukan oleh sejumlah Kepala Desa di Kabupaten Muara Enim ke Provinsi Bali, mendapat kritik tajam dari masyarakat Muara Enim.
Pasalnya, kegiatan tersebut cenderung mirip liburan bersama keluarga daripada sebuah studi yang bermanfaat bagi pengembangan desa sehingga terkesan pemborosan Dana Desa (DD).
Dari informasi yang berhasil dihimpun Minggu 15 Desember 2024, kegiatan studi banding yang tujuannya adalah untuk menambah wawasan mengenai tata kelola pemerintahan desa tersebut dilaksanakan selama 4 hari, mulai 12 hingga 16 Desember 2024 di Provinsi Bali.
Namun, sejumlah pihak menilai bahwa kegiatan ini lebih mirip liburan bersama keluarga daripada sebuah studi yang bermanfaat bagi pengembangan desa.
BACA JUGA:Aksi Balap Liar di Flyover Bantaian Dibubarkan Polisi
BACA JUGA:Pj Bupati Muara Enim Minta Penyusunan RPJM dan RKPDes Selaras dengan Potensi Sumber Daya Alam
Kritikan masyarakat banyak bermuculan di grup-grup aplikasi, seperti salah satunya grup WhatsApp Info Muara Enim.
Masyarakat menilai kegiatan tersebut justru menjadi ajang pemborosan anggaran negara dengan modus study banding.
"Ini hanya wisata ke Bali, bukan kegiatan yang menguntungkan desa-desa kami. Kegiatan seperti ini jelas tidak membawa manfaat nyata, hanya menghabiskan uang negara," ujar salah satu pengguna media sosial yang turut berkomentar.
Senada salah satu anggota dalam group info Muara Enim, Imam Suranto, menyatakan kekecewaannya dengan adanya kegiatan study banding yang dilakukan pada akhir tahun ini di Bali.
BACA JUGA:Naik 10 Persen, Pemkab Muara Enim Terima Alokasi TKD 2025 Sebesar Rp306 Triliun
BACA JUGA:Hakordia 2024, Pemkab Muara Enim Komitmen Perangi KKN
Sebab kegiatan ini sepertinya sudah menjadi budaya ajang jalan-jalan berkedok study banding, apalagi setahun sebelumnya juga ada kegiatan serupa yang digelar di Lombok.
Menurut dia, jika tidak dihentikan, tahun depan mungkin ke daerah lainnya yang kadang-kadang tidak terlalu urgent.
"Sama seperti tahun lalu, mereka tidak membawa hasil yang signifikan. Tidak ada yang diterapkan di desa-desa mereka, kecuali kesenangan pribadi dengan menggunakan anggaran Dana Desa. Apalagi ada yang sampai bawa anak dan istri meski menggunakan dana pribadi," ungkap Imam.