Melalui hasil Asesmen Nasional, pemerintah dapat memperoleh terkait kemampuan dasar siswa serta faktor-faktor non-akademik yang mempengaruhi proses belajar.
BACA JUGA:Judi Online: Musuh Utama Pelajar
BACA JUGA:Meraih Asa Tanpa Narkoba
Selain itu, Asesmen Nasional juga menekankan pentingnya pembelajaran berorientasi kompetensi yang tidak hanya mendorong siswa untuk menghafal materi tetapi juga untuk berpikir kritis.
Namun, penerapan Asesmen Nasional bukan tanpa tantangan.
Salah satu kekhawatiran utama adalah kesiapan infrastruktur teknologi di sekolah-sekolah terutama didaerah terpencil.
Asesmen Nasional di lakukan secara digital dan pastinya memerlukan teknologi seperti computer serta internet yang stabil.
BACA JUGA:Peran Orang Tua dalam Mendorong Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
BACA JUGA:Peran Bahasa Inggris dalam Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Globalisasi
Tetapi kenyataannya, tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas memadai untuk mendukung asesmen berbasis teknologi ini.
Di beberapa daerah, keterbatasan akses internet dan minimnya perangkat teknologi menjadi hambatan serius dalam pelaksanaan Asesmen Nasional.
Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa Asesmen Nasional hanya akan menjadi pengganti formalitas Ujian Nasional tanpa adanya dampak yang signifikan terhadap perbaikan kualitas Pendidikan.
Meski Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan dasar siswa dan faktor lingkungan belajar, tanpa ada nya langkah nyata yang diambil berdasarkan asesmen tersebut dimana perannya hanya terbatas pada pengumpulan data.
BACA JUGA:Pengaruh Apresiasi dalam Mengembangkan Sikap Percaya Diri Anak
BACA JUGA:Ilmu Pendidikan dan Isu-isu Kritis Bahasa Inggris AUD
Sebagai contoh, Jika hasil Asesmen Nasional menunjukkan rendahknya kempampuan numerasi dan literasi siswa, pemerintah harus segera merespon dengan revisi kurikulum, pelatihan guru, peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan.