SUMSEL, ENIMEKSPRES.CO.ID - Sebulan atau dua bulan terakhir, El Nino telah menyerang banyak sektor kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi petani sawit.
Cuaca panas dan kekeringan berkepanjangan sangat dirasakan petani sawit, sehingga petani banyak mengeluh tandan buah segar (TBS) sawit yang dihasilkan semakin menurun.
“Semakin terasa hasil TSB sawit terus turun, terutama sejak sebulan sampai dua bulan terakhir,” kata Saprianto, petani sawit mandiri asal Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) kepada enimekspres.co.id, Senin 28 Agustus 2023.
Menurutnya, penurunan ini bisa jadi benar karena faktor cuaca yang panas, apalagi akhir-akhir ini hujan sudah semakin jarang terjadi yang menyebabkan tanaman kelapa sawit kekurangan pasokan air.
“Ada yang berpendapat (penurunan TBS) ini karena dampak El Nino, saya kurang tahu persis, tapi bisa jadi benar,” ujarnya.
Dia menguraikan, sebelum musim panas seperti saat ini, TBS sawit yang dihasilkannya untuk rotasi panen 15 hari antara 1,7 hingga 2 ton per 2 hektare kebun sawit.
“Tapi, sejak sebulan atau dua bulan terakhir, tidak sampai 1,5 ton sekali panen dengan rotasi 15 hari, dan dalam panen rotasi terakhir kemarin TBS sawit kami cuma dapat 1,3 ton,” akunya.
Di sisi lain, Saprianto juga mengutarakan soal harga TBS sawit di tingkat petani yang masih fluktuatif.
BACA JUGA:Cara Paling Efektif Mengatasi Sawit yang Baru Ditanam Agar Tidak Dimakan Hama Tikus Tanah
Kondisi ini dikeluhkannya pasca Lebaran Idul Fitri 2023 lalu, hingga saat ini.
“Sebelum Lebaran Idul Fitri 2023 lalu harga TBS di tingkat petani terendah Rp 2.000 per kilogram. Saat ini selalu di bawah Rp 2.000,” ujarnya.
Ia mengharapkan kepada para pemangku kebijakan agar mengembalikan harga TBS di tingkat petani minimal Rp 2.000 per kilogram.
Karena, katanya, jika kondisi ini terus berlangsung seperti sekarang hingga musim hujan tiba nanti, maka dia dan banyak petani sawit lain akan kesulitan untuk membeli pupuk.
BACA JUGA:Selain Karet, Kabupaten Muba Juga Tertinggi Produksi Buah Sawit di Sumsel