Hal berikutnya, membagi waktu antara keluarga, untuk ilmu pengetahuan serta kewajiban sebagai dosen dan amanah sebagai ketua BPM merupakan hal mesti dibagi dengan baik.
Yang tak kalah penting dan selalu diingat dan dilakukan, katanya, selalu melibatkan Allah dalam setiap langkah kehidupan.
Termasuk ketika saat-saat akan mengikuti promosi, Prof. Tria selalu memanjatkan doa kepada Allah.
Dalam doanya, dia mengatakan, jika Allah tidak mengizinkan untuk meraih gelar guru besar, tidak mengapa baginya.
Cuma, dia mengaku ingin membahagiakan orang tua yang masih ada.
Tapi ternyata, kata Prof. Tria, mudah saja bagi Allah untuk mengangkat derajat hambanya.
Meski tidak didukung oleh harta yang banyak, indeks prestasi komulatif selama kuliah juga biasa-biasa saja, tapi jika Allah berkehendak semua ada jalan dan mudah.
Sehingga, gelar guru besar yang sudah diraih ini mesti dihargai dengan baik.
BACA JUGA:Bikin Bangga, Khairunisa Ramadini Adhinegoro, Juara Terbaik 3 Duta Bahasa Sumsel 2023
Menghargai diri sendiri, menghargai orang tua, menghargai keluarga, serta menghargai alamater tercinta.
“Saya mendapat gelar ini tidak dengan jalan pintas, sehingga saya harus menghargai semua,” sembari menambahkan, selama proses menulis untuk mendapat gelar profesor, dirinya harus rela mengurangi jam tidur.
Dalam sehari, dia hanya tidur 3-4 jam saja.
Prof. Tria mengaku saat ini sudah menemukan dunianya, yaitu bergelut dengan ilmu pengetahuan di bidangnya.
BACA JUGA:Ayo Sujud Syukur, Menteri PANRB Pastikan PPPK Bisa Naik Gaji Berkala
Ke depan, ini akan semakin menancapkan kecintaannya terhadap pengebangan ilmu pengetahuan.