MUARA ENIM, ENIMEKSPRES.CO.ID - Tingginya intensitas curah hujan di dataran tinggi, ternyata berdampak hasil produksi buah kopi robusta.
Kondisi terebut dirasakan petani kopi di wilayah Semende Raya, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Hasil buah kopi berkurang karena kembang kopi banyak berguguran akibat guyur hujan deras, sehingga gagal menjadi buah kopi.
Dilema lainnya yang dirasakan petani kopi, yakni kesulitan mendapatkan pupuk NPK dan Urea.
BACA JUGA:Tanjung Enim Sumatera Selatan jadi Kota Destinasi Wisata Nasional, Begini Persiapannya
BACA JUGA:Anggota Satlantas Polres Muara Enim Polda Sumsel Patroli Keliling Cegah Aksi Balap Liar
Akibatnya, berdampak pada hasil produksi buah kopi tidak maksimal.
Namun petani kopi masih dapat bernafas lega karena harga kopi stabil, kini bertengger di angka Rp22 ribu hingga Rp25 ribu per kg.
“Musim penghujan dipastikan hasil panen berkurang karena banyak kembang kopi gugur sehingga gagal menjadi buah kopi. Begitu juga kalau musim panas banyak kembang kopi rontok karena layu oleh terik matahari,” kata Mubarak (38), petani kopi warga Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), Muara Enim, Sumatera Selatan, Minggu 15 Januari 2023.
Lanjut pria yang membuka lahan kebun kopi di ataran Danau Ringkih Bukit Barisan ini, selain faktor cuaca tidak menentu.
BACA JUGA:Catatan Sejarah Muara Enim: Dalam Kurun 5 Tahun, 5 Kali Ganti Kepala Daerah
BACA JUGA:Hilang 9 Hari, Ditemukan Sudah Meninggal Dunia di Kebun Karet, Polisi Sampaikan Hal Ini
Petani kopi juga mengalami kesulitan mendapatkan pupuk untuk perkebunan kopi.
“Selain karena cuaca, kami (Petani) mengalami kesulitan mendapat pupuk NPK dan Urea sehingga berpengaruh pada hasil produksi buah kopi,” keluhnya.
Untuk itu, dirinya berharap Pemerintah melalui instansi terkait agar dapat mempermudah petani untuk membeli pupuk NPK atau Urea.