Sementara poin plus Indonesia selama ini terletak pada cultural resouces, natural resources hingga harga yang bersaing.
Catatan evaluasi yang perlu diperhatikan sektor parekraf Indonesia di antaranya soal polemik tiket dan izin masuk Komodo dan Candi Borobudur.
BACA JUGA:Pentingnya Menjaga Kesehatan Ibu Sebagai Upaya Menekan AKI
Bagaimanapun, ketidakpastian harga tiket akan mempengaruhi minat para wisatawan dalam negeri dan wisatawan asing untuk berkunjung ke dua destinasi witasa itu.
Bahkan tidak sedikit wisatawan pada tahun lalu membatalkan perjalanannya ke wilayah Labuan Bajo dan Candi Borobudur, sehingga fakta lapangan seperti ini tentunya juga merugikan pelaku usaha lokal.
Tetapi memang di sisi lain pemerintah menilai kebijakan soal tiket pada dua destinasi wisata itu diperlukan terkait dengan konservasi cagar budaya dan alam.
Di sinilah tantangannya bagi institusi pemerintah pusat dan daerah dalam memajukan sektor pariwisata dan industri kreatif tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.
BACA JUGA:SBH 2022, Muara Enim Menuju Kota Inflasi
Dalam perspektif yang lebih luas, kunci kemajuan suatu institusi adalah faktor leadership yang didukung dengan pemahaman manajemen yang baik serta kemampuan komunikasi yang efektif dari pemimpinnya.
Dalam kaitan ini, banyak pihak terkesan dengan gebrakan Menparekraf yang dikenal dengan terminologi “Gercep”, “Geber”, dan “Gaspol”. “Gercep" adalah bergerak cepat dan "Geber" adalah bergerak bersama-sama memanfaatkan semua potensi untuk membangkitkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Adapun "Gaspol" adalah menggarap secara optimal semua potensi yang ada.
Naiknya peringkat dan citra pariwisata Indonesia secara signifikan di dunia internasional menandakan bahwa pembenahan industri pariwisata dan ekonomi ktreatif yang dilakukan Menparekraf dan jajarannya mencapai hasil yang membanggakan.
BACA JUGA:Menggoreng dengan (Harga) Minyak Goreng
Meski demikian perlu dicatat bahwa pariwisata Tanah Air tidak boleh hanya berfokus pada aspek kuantitas, tetapi juga memperhatikan sisi kualitas, serta tak hanya mengejar profit, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan lingkungan. (*)
Aat Surya Safaat adalah Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Wartawan Senior yang menjabat Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York periode 1993-1998 dan Pemimpin Redaksi ANTARA 2016 ini juga adalah Anggota Tim Akselerasi dan Monev Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.