Hal ini sejalan dengan program bahan bakar gas (BBG) yang telah digunakan oleh kendaraan seperti taksi, bajaj, dan bus Trans Semarang.
Pihak pertamina juga menrgetkan untuk diaplikasikan pada CNG kapal nelayan dengan jumlah konversi 6,71 BBTUD untuk 30.000 unit perahu nelayan.
Program untuk nelayan ini nantinya akan menggunakan Gaslink Cylinder yang berkapasitas 4.2 lsp.
Tentunya perangkat ini dirancang dengan tingkat safety yang tinggi dalam mendukung daya jelajah hingga 50 km pada mode operasi Dual Diesel Fuel (DDF) 50 persen untuk 1 hari berlayar.
BACA JUGA:Natal dan Tahun Baru, Polairud Polda Sumatera Selatan Perketat Keamanan Perairan
BACA JUGA:Sumatera Selatan Tuan Rumah ILRU-6, Herman Deru: Ini Jadi Nilai Tambah Pariwisata Sumsel
Sama halnya dengan CNG untuk sepeda motor, CNG untuk kapal nelayan berkomposisi metana beroktan tinggi.
Sehingga dapat memberikan pembakaran yang sempurna dan menghasilkan performa mesin yang lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar Solar maupun Pertalite.
Dalam pengaplikasian pada perahu nelayan, bahan bakar pengganti Pertalite ini akan bikin irit hingga 30 persen setara Rp7,2 juta per tahun (konsumsi 10 liter BBM solar per hari).
“Kebutuhan pasokan gas untuk BBG transportasi kurang lebih 40 BBTUD di tahun 2027," katanya.
BACA JUGA:Resmi, Ini Nomor Urut Partai Politik Peserta Pemilu 2024 yang Telah Ditetapkan KPU
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Wilayah Sumatera Selatan 15 Desember 2022, Berawan Hingga Hujan Disertai Petir
"Sedangkan penggunaannya, diperkirakan meningkat hingga 410 juta LSP. Dampak lanjutannya, akan menghemat APBN untuk mengurangi BBM subsidi hingga Rp1,25 triliun per tahun dengan asumsi subsidi BBM sebesar 3.000 rupiah per liter,” ungkap Haryo.
Dalam mendukung program pengganti Pertalite dengan CNG tersebut.