Gizi Spesifik dan Sensitif, Penanganan Cegah Stunting
Kepala Dinas DPPKB Kabupaten Muara Enim, H. Rinaldo. Foto : DOK--
MUARA ENIM, ENIMEKSPRES.CO.ID - Penanganan stunting (kondisi gagal tumbuh pada balita) bukan hanya pengobatan terhadap balita saja, melainkan pencegahan dari calon ibu bayi.
Dua upaya yang bisa dilakukan adalah intervensi gizi spesifik dan juga intervensi gizi sensitif.
“Penanganan stunting ada dua hal yang perlu diperhatikan intervensi gizi spesifik dan juga intervensi gizi sensitif,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Muara Enim, H. Rinaldo, Kamis 13 Oktober 2022.
“Spesifik yakni dari kebutuhan gizi, misalnya penambah darah, makanan tambahan dan pengecekan di posyandu. Artinya yang langsung berhubungan dengan fisik balita atau calon ibu balita,” katanya lagi.
BACA JUGA: Pemprov Sumsel Siap Dukung Percepatan Penurunan Angka Stunting
Kemudian, sensitif dari segi infrastruktur itu berkaitan dengan kondisi lingkungan, seperti sanitasi, air bersih rumah yang layak dan lain-lain. Jika unsur-unsur ini terpenuhi, maka tidak akan ada anak yang lahir stunting.
Diakuinya, dalam penanganan stunting harus semua sektor terlibat dan selain pengobatan terhadap balita stunting harus ada pencegahan.
“Jadi jangan sampai bertambah lagi, itu tugas kita bersama bukan hanya DPPKB ataupun Dinas Kesehatan, tapi juga sektor yang lain,” terangnya.
Menurutnya, tahun 2021 berdasarkan data yang dimiliki by name by andress jumlah keluarga sasaran yang mempunyai fasilitas lingkungan yang tidak sehat total ada 105.546 keluarga.
BACA JUGA: Bupati Kurniawan Tegaskan Komitmen Tekan Angka Stunting
“Untuk tahun 2022 datanya masih diproses, kalau sudah maka semua akan dikumpulkan sehingga penanganan stunting bisa masif dan targetnya tentu zero stunting,” tuturnya.
Jadi, dari sisi penanganan balita stunting seperti pengobatan tetap jalan dan pencegahan juga berjalan. Bukan hanya hilir tapi hulunya juga.
“Kalau hulunya tidak ditangani maka bayi stunting akan tetap ada,” ulas Rinaldo.
DPPKB saat ini sudah membentuk tim pendamping keluarga di setiap desa. Satu tim ada tiga orang terdiri dari bidan desa, PKK, dan kader KB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: