Lim Xiao Ming
Setahun kemudian, di umur 16 tahun, Andrew memberi tahu temannya: ingin menjadi mualaf. Ia pun mengucapkan kalimat syahadat di satu masjid di Perth.
Ayahnya diberi tahu. Tidak mempersoalkan. "Beberapa tahun kemudian saya ditelepon papa. Papa juga jadi mualaf," ujar Andrew. "Kapan, pa?" tanya Andrew. "Jumat kemarin," jawab sang papa.
Andrew Lim pun tamat SMA. Dengan baik. Lalu kuliah. Ambil accounting. Ia masuk komunitas Muslim. Maka ia tahu pada suatu hari ada acara ''wanita Australia, kulit putih, mahasiswi, jadi mualaf''. Andrew hadir di acara itu. Ia kenal wanita itu.
"Seminggu kemudian dia mengajak saya menikah," ujar Andrew. Jadilah Andrew beristri wanita Australia. Mereka lantas sepakat mendalami Islam. Di Malaysia. Selama 1,5 tahun.
Kini Andrew Lim tinggal di Arab Saudi. Di Jeddah. Ia menjadi eksekutif di Islamic Development Bank (IDB). Sudah hampir 10 tahun di sana.
Apakah pernah bertemu lagi dengan orang Sulsel di Perth itu? "Pernah. Terakhir tiga tahun lalu. Bertemunya kebetulan. Sama-sama sedang di bawah Clock Tower di Makkah," ujar Andrew.
Di Arab Saudi, Andrew dipanggil dengan nama Abdurrahim.
Maka nama Lim Qing Hai hidup berdampingan dengan nama Andrew Lim. Tapi di paspornya tertulis Andrew Abdurrahim. Rupanya, setelah jadi mualaf ia memilih memakai nama itu. Idenya dari nama penyanyi rap terkenal Amerika: Rahem. Tinggal ditambah Abdur.
"Apakah anak-anak Anda masih punya nama Tionghoa?" tanya saya.
"Masih. Harus," jawabnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: