Oleh Lahmodin Oktanata SP Penulis adalah Statistisi Ahli Muda Badan Pusat Statistik Kabupaten Muara Enim Beberapa hari terakhir di media massa cetak maupun elektronik banyak memberitakan tentang harga karet yang cenderung membaik Berita ini tentu saja membawa angin segar bagi para petani karet harga karet naik benarkah Karet Hevea brasiliensis merupakan komoditas perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi Tanaman ini mampu menghasilkan getah lateks dan mulai dapat disadap saat tanaman berumur 5 tahun hingga 25 30 tahun Dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman yang relatif mudah komoditas perkebunan yang satu ini masih menjadi pilihan bagi para petani khususnya di Sumatera Selatan Dalam perekonomian Sumatera Selatan karet masih menjadi primadona dan berperan penting sebagai kontributor terbesar untuk ekspor nonmigas Sumatera Selatan tahun 2020 berdasarkan data yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Selatan bahwa nilai ekspor nonmigas Sumatera Selatan pada periode Januari Desember 2020 didominasi oleh komoditas karet sebesar US 1 194 01 juta atau sekitar 34 82 persen dari total ekspor nonmigas Sumatera Selatan Sumatera Selatan sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia perkebunan karet tersebar hampir di seluruh kabupaten dan kota yang ada di wilayah Sumatera Selatan Tercatat dalam publikasi BPS berjudul Provinsi Sumatera Selatan dalam Angka 2021 luas areal perkebunan karet di Sumatera Selatan pada tahun 2020 sebesar 1 256 298 hektare dengan produksi mencapai 1 121 603 ton Perkebunan karet di Sumatera Selatan didominasi oleh perkebunan rakyat dengan demikian dapat dikatakan bahwa komoditas karet merupakan komoditas perkebunan andalan bagi masyarakat petani di Sumatera Selatan Selain proses perawatan dan pemeliharaan yang relatif mudah proses pengolahan hasil sebelum dijual pun sangatlah sederhana Di tingkat petani pada umumnya getah karet yang telah disadap akan dibekukan dengan zat kimia pembeku Coagulan dan dicetak dalam kotak persegi hingga menjadi produk yang menyerupai tahu besar berwarna putih yang dinamakan Slab Slab inilah yang menjadi produk karet yang akan dijual oleh para petani Slab merupakan salah satu bahan olah karet bokar yang akan diproses lebih lanjut di pabrik pengolahan karet Hingga kini Tataniaga karet di Sumatera Selatan masih seperti dulu rantai tataniaga karet meliputi petani karet pedagang pengumpul pengepul karet pabrik pengolahan karet sangat sederhana dan cukup baik bagi para petani karena semakin panjang rantai tataniaga maka semakin banyak profit margin pada tiap levelnya sehingga menyebabkan harga yang diterima oleh petani menjadi lebih rendah Dengan rantai tataniaga yang sederhana ini petani akan menerima harga yang lebih baik dan dinilai cukup efektif Menjelang akhir Februari 2021 lalu beredar berita tentang naiknya harga komoditas karet khususnya di Sumatera Selatan hingga kini harga karet masih terus bergerak Untuk pertama kalinya di tahun 2021 harga karet di Sumatera Selatan tembus di level Rp20 000 an per kg untuk Kadar Karet Kering KKK 100 persen hal ini terjadi pada tanggal 22 24 Februari 2021 bahkan pada tanggal 26 Februari 2021 mencapai harga tertinggi Rp24 000 per kg Untuk karet dengan KKK 70 persen berada pada kisaran harga Rp14 500 15 000 per kg karet dengan KKK 60 persen pada kisaran harga Rp13 000 14 000 per kg karet dengan KKK 50 persen pada kisaran harga Rp10 000 11 000 per kg dan karet dengan KKK 40 persen pada kisaran harga Rp8 000 8 500 per kg Kenaikan harga karet tersebut berimbas pada kenaikan harga jual di tingkat petani dan harganya bervariasi untuk setiap daerah Karet yang tersedia di tingkat petani biasanya karet dengan KKK 40 60 persen saja pada dasarnya para petani tidak pernah menghitung berapa persen kadar karet yang mereka produksi mereka hanya mengkategorikan karet tersebut menjadi karet harian dan karet mingguan Jarang sekali petani menampung hingga bulanan karena terdesak akan kebutuhan maka karet yang diproduksi harus segera dijual Kenaikan harga karet yang terjadi pada bulan Februari 2021 juga berimbas pada kenaikan Nilai Tukar Petani NTP bulan tersebut berdasarkan data yang telah dirilis oleh BPS Provinsi Sumatera Selatan dalam Berita Resmi Statistik BRS NTP Sumatera Selatan bulan Februari 2021 tercatat sebesar 102 03 atau naik 2 02 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya Jika dilihat dari subsektornya maka NTP subsektor perkebunan yang mengalami kenaikan paling tinggi yaitu 2 82 persen karet berperan di sini pastinya sementara NTP subsektor lainnya mengalami kenaikan antara 0 15 1 43 persen sedangkan NTP subsektor tanaman hortikultura dan NTP peternakan mengalami penurunan Tak kan ada asap jika tidak ada api begitupun juga harga karet tidak serta merta mendadak naik jika tidak ada penyebabnya Ada beberapa faktor yang diduga kuat menyebabkan terjadinya kenaikan harga karet pada bulan Februari lalu seperti kita ketahui hampir satu dekade ini kehadiran karet sintetis mampu mengurangi porsi penggunaan karet alam atau bahkan menjadi barang substitusi bagi karet alam Sepanjang Februari 2021 lalu harga minyak dunia mengalami kenaikan harga mencapai 18 persen dengan naiknya harga minyak yang merupakan bahan baku karet sintetis maka dunia industri yang berbahan baku karet akan beralih kembali ke karet alam Permintaan yang meningkat dalam jumlah produksi yang relatif tetap akan menyebabkan kenaikan harga Kenaikan harga karet memberikan semangat bagi para petani namun demikian petani harus mampu menjaga kualitas karet yang dihasilkannya khususnya dalam proses pengolahan dengan menggunakan zat pembeku yang dianjurkan dan tidak memasukkan benda benda asing ke dalam karet yang bertujuan untuk menambah bobot karet yang dihasilkan Jika kualitas terjaga harga pun akan terjamin Hingga kini harga karet masih terus bergerak semoga saja Sang Primadona dapat menunjukkan trend positif dan mampu bertahan lebih lama sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani Kita tunggu saja pesona dari Sang Primadona

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: