Pada awalnya, ia sulit mencari peserta karena sudah mendatangi RT, kelurahan, dan kumpulan ibu-ibu arisan, tetapi tidak ada yang mau hingga akhirnya ada yang berminat.
BACA JUGA:Bantu Warga Pelosok, BRILink Kian Menjamur Bertransaksi Online Sembari Beli Pulsa
BACA JUGA:QRIS BRI Permudah Pegawai Pemkot Prabumulih Belanja di Kantin Bude Lantai 9
"Motivasi utama saya adalah agar ilmu orang tua bermanfaat bagi masyarakat, terutama di Lampung, dan dapat mengangkat martabat daerah," katanya.
Kini, banyak alumninya yang sukses mendirikan usaha batik sendiri. Ia bangga karena Batik Siger tidak hanya menciptakan perajin, tetapi juga membuka jalan ekonomi baru bagi masyarakat.
Batik Siger hadir dengan misi memperkenalkan keindahan budaya Lampung lewat motif-motifnya.
Sekitar 80% penjualannya berada di Lampung, sementara sisanya menjangkau berbagai daerah di Indonesia melalui e-commerce.
BACA JUGA:Lewat Pameran BRI, Pengusaha Muda Asal Bali Pasarkan Fashion dengan Sentuhan Digital
BACA JUGA:Tanggap Bencana Gempa Poso, BRI Peduli Salurkan Bantuan Bagi Korban Terdampak
Tak hanya memberdayakan masyarakat, Batik Siger juga dikenal dengan konsep ramah lingkungan.
Laila berusaha menerapkan konsep zero waste dengan memanfaatkan sisa kain untuk membuat produk lain.
Ia menjelaskan bahwa sekitar 70% produksi sudah menggunakan pewarna alami, sedangkan untuk pewarna sintetis telah diterapkan sistem penyaringan limbah agar air buangan tetap netral.
Ia menambahkan bahwa mereka berupaya semaksimal mungkin mengurangi penggunaan pewarna sintetis demi menjaga lingkungan, serta memiliki sistem penyerapan limbah agar air yang terbuang tidak mencemari lingkungan.
BACA JUGA:Saham BRI Menguat di Bursa, Warga Palembang Kian Antusias Menjadikan Investasi Sebagai Gaya Hidup
Komitmen ini mengantarkan Batik Siger meraih penghargaan Upakarti pada 2014 karena dampak positifnya terhadap lingkungan dan sosial.