Pertama, penting bagi pelajar untuk saling mendukung dan menciptakan kelompok yang inklusif.
Kelompok pertemanan yang terbuka dan menerima perbedaan dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk melakukan bullying.
Siswa yang merasa diterima oleh teman-temannya cenderung tidak menjadi target perundungan, dan mereka yang memiliki hubungan sosial yang positif cenderung tidak terlibat dalam tindakan bullying.
BACA JUGA:Karma Sang Pembuli
Kedua, pelajar dapat menjadi saksi yang aktif ketika melihat kasus perundungan.
Banyak kasus bullying terjadi di hadapan siswa lain yang tidak mengambil tindakan apapun.
Padahal, dengan keberanian untuk melaporkan atau menghentikan tindakan tersebut, seorang pelajar bisa menjadi penolong bagi korban dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Pelajar juga dapat menggunakan teknologi, seperti media sosial, untuk menyebarkan pesan anti-bullying dan mendukung teman-temannya yang mungkin menjadi korban.
BACA JUGA:Meraih Asa Tanpa Narkoba
Inisiatif Pelajar Melawan Bullying
Saat ini, sudah banyak inisiatif dari pelajar di berbagai sekolah yang bertujuan untuk memerangi bullying.
Misalnya, di beberapa sekolah, pelajar membentuk kelompok anti-bullying yang berfungsi sebagai komunitas pendukung bagi siswa yang merasa terancam atau menjadi korban.
Kelompok ini memberikan pendampingan, ruang aman untuk berbagi cerita, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang mempromosikan rasa solidaritas dan saling menghormati di antara sesama siswa.
BACA JUGA:Dari Jerat Narkoba ke Mimpi Baru: Kisah Inspiratif dari Seorang Eks Pemakai
Selain itu, pelajar juga berperan dalam menyelenggarakan kampanye anti-bullying, seperti pementasan drama, poster, seminar, hingga lomba-lomba yang menekankan pentingnya rasa empati dan menghargai perbedaan.
Kampanye semacam ini tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying, tetapi juga mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan bertindak aktif dalam mencegahnya.