"Ketiga sopir mengaku bahwa ia tidak tahu beli dengan siapa, yang mereka tahu disuruh bos mereka untuk menunggu saja, jika sudah ada angkutan barulah mereka ditelepon pemilik mobil untuk mengambilnya. Mereka cuma mengambil upah angkut saja," ujarnya.
BACA JUGA:Dewan Muara Enim Sesalkan Truk Batu Bara Melanggar Kesepakatan dengan Curi Start Melintas
BACA JUGA:Pembangunan Jalan Khusus Truk Batu Bara di Muara Enim Ditarget Selesai dalam 2 Tahun
Saat ini, lanjut Kapolres, pihaknya telah memproses 15 kasus angkutan batu bara ilegal, yakni pada tahun 2022 ada 2 kasus dan pada tahun 2023 sebanyak 13 kasus.
Di mana dari 13 kasus tersebut, sebanyak 10 kasus sudah P21 dan 3 kasus proses sidik.
Untuk pasal yang akan diterapkan yakni 161 Undang-undang RI Nomor 3 tahun 2020 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara dengan ancaman pidana 5 tahun.
Untuk itu, sambung AKBP Andi, pihaknya berulang kali mengimbau kepada masyarakat terutama para sopir untuk jangan tergiur mau menerima tawaran menyopir angkutan truk batu bara ilegal karena yang akan menjadi korban dahulu adalah para sopir.
Bukan pemodalnya, karena yang tertangkap tangan adalah sopirnya.
Sementara itu, Muhammad Irfan supir mobil Mitsubishi Fuso truk tronton jenis box nomor polisi E 9288 GU, mengaku dirinya hanya diperintah pemilik mobil untuk mengisi muatan batu bara di Muara Enim.
Sesampai di Muara Enim tepatnya di Tanjung Agung, mobil langsung mengisi muatan batu bara.
"Saya kurang ngerti pak karena saya menjalankan saja. Uang jalan saya dikasih Rp4 juta tujuan Purwakarta. Kalau dihitung-hitung sisa uang jalan paling dapatnya Rp1 juta. Kalau tahu gini (Ditangkap) pastinya tidak mau narik batu bara," ujarnya. (*)