Selain itu, sambung Junaidi, dirinya juga mulai menerapkan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang merupakan gerakan perubahan dari akar rumput bersama guru dan masyarakat untuk mentransformasi sekolah menjadi tempat yang ideal bagi siswa.
Salah satunya adalah denda bagi siswa yang terlambat tanpa alasan yang jelas, seperti hujan, pecah ban,dan sebagainya yang terpenting alasan masuk logika.
Namun seiring aturan tersebut berjalan, ternyata ada yang kurang senang dengan aturan tersebut sehingga ia langsung menghentikan dan uang yang dikumpulkan selama aturan tersebut ditegakkan sebesar Rp175 ribu akan dikembalikan ke siswa masing-masing.
Namun sengaja belum diberitahu sekarang sebab jika diberitahu sekarang tentu siswa tidak akan jera, sebab mereka menganggap hanya sebagai tabungan saja, nanti akan dikembalikan lagi ke mereka.
BACA JUGA:Dewan Pendidikan Kabupaten Muara Enim Dukung Berantas Buta Alquran di Sekolah
Sementara itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kabupaten Muara Enim Likwanyu, membenarkan jika dirinya telah mendengar hal tersebut.
Namun biasanya aturan tersebut dibuat pasti ada alasannya dan sudah berkoordinasi dengan pihak terkait.
Sepengetahuannya, di SMKN 1 Rambang Dangku sudah menerapkan program GSM dan pimpinan kepala sekolahnya adalah guru berprestasi di tingkat nasional dan pasti tidak sembarangan dalam menerapkan suatu aturan.
Mengenai masalah sanksi dengan uang tersebut, lanjut Likwanyu, ia pun baru mengetahui.
BACA JUGA:4 Ribu Madrasah Ikut Sosialisasi Sertifikasi Halal Kantin
Namun sebenarnya jika ada kesepakatan bersama antar semua pihak demi kebaikan bersama itu tidak masalah.
Apalagi dendanya tidak terlalu besar dan digunakan untuk sekolah sendiri, bukan untuk pribadi.
Apalagi jika uang tersebut dikembalikan kepada siswa tersebut tentu lebih bagus lagi. Intinya sekolah ingin memberikan hal yang baik kepada siswanya, yakni hidup disiplin sejak dini.
Kepada siswa yang berprestasi bisa juga diberikan reward berupa penghargaan seperti siswa yang rajin memungut sampah, setiap hari Senin berbahasa Inggris di kelas, dan sebagainya intinya aturan tersebut tergantung kesepakatan bersama.
"Inti GSM adalah bagaimana siswa dan guru menjadi menyenangkan, betah, dan sebagainya untuk beraktivitas dan berkreasi di sekolah," jelasnya. (*)